Pada kesempatan yang terbaik nanti saat saya bertemu dengan Bapak Presiden Joko Widodo, akan saya utarakan usulan penyelesaian masalah Papua dengan pendekatan yang lembut tanpa ingar-bingar suara tembakan senjata.
Keempat, mencegah Indonesia dibawa ke Mahkamah Internasional oleh Vietnam terkait tragedi Anambas tahun 2013, di mana 90-an pelaku ilegal fishing yang merupakan warga negara Vietnam ditahan selama setahun tanpa proses hukum.
Kelima, membagikan sertifikat tanah gratis. Ketika Presiden Jokowi membagikan sertifikat gratis di Sumatera, tepatnya di Kabupaten Langkat, Sumut, begitu Pak Jokowi kembali ke Jakarta, ratusan sertifikat tersevut diambil kembali oleh oknum-oknum tertentu dan memaksa masyarakat untuk membayar tebusan jutaan rupiah jika ingin sertifikat mereka diambil.
Keesokan harinya, saya "memasukkan" empat oknum tersebut ke penjara sebagai contoh, dan alhamdulillah oknum-oknum yang lain secara bersama mengembalikan 1.700 sertifikat dalam waktu sehari yang kemudian saya bagikan kembali kepada masyarakat di sana.
Ini adalah beberapa catatan kecil saya sebagai darma bakti saya sebagai anak bangsa kepada negeri yang saya cintai ini.
Entah mengapa dalam posisi saya secara langsung maupun tidak langsung selalu terlibat aktif untuk menuntaskan berbagai masalah krusial yang terjadi di negeri ini.
Mungkin juga DNA dari Bedjo, Panglima Teritorium Sumatera pertama, dan satu-satunya manusia di republik ini yang mengeksekusi mati Jenderal Spoor, Panglima Tentara Belanda (1948), yang dijuluki "Harimau Sumatera", dan "Siportangan Bosi" oleh masyarakat Sumatera karena sikap beliau yang tegas dan berani, serta karena jasanya antara lain kita bisa melihat emas Monas (dibawa oleh Jenderal Bedjo dan Kapten Markam dari Kutaraja, Aceh, ke Jakarta atas perintah Bung Karno), atau perjuangan seorang Hakim Agung bernama Prof Supandi atas jasanya memutuskan uji materi Undang-Undang Pemilu yang mambawa "berkah" bagi partai politik terbesar di republik ini, dan otomatis putusan itu menjadi acuan seluruh parpol di negeri ini, yang pasti kami bangga menjadi PUJAKESUMA (Putra-putri Jawa Kelahiran Sumatera).
Semua itu demi memenuhi panggilan Ibu Pertiwi. Ini panggilan jiwa yang tidak bisa saya abaikan.
Di tahun 2020 nanti saya akan tetap berbakti untuk melakoni kehidupan saya dalam posisi apa pun yang ditugaskan oleh negara.
Bagi saya ini adalah upaya saya untuk menjadi pejuang kehidupan buat berbakti sesuai dengan kehendak Illahi.
Selamat Tahun Baru 2020. Salam NKRI!