News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Makna Imlek dan Dinamikanya di Suku Tiong Hoa dari Waktu ke Waktu

Editor: Toni Bramantoro
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

C. Suhadi SH MH

OLEH: C. Suhadi SH MH.

Sebentar lagi warga Tiong Hoa akan merayakan hari raya/Tahun Baru Imlek (Sin Cia), dan untuk tahun ini 2020 (kalender Masehi) jatuh pada hari Sabtu, tanggal 25 Januari 2020, atau dalam penanggalan Imlek, jatuh pada tanggal, 1 Cia Gwee 2571 Kongzili.

Hari raya Imlek selalu di rayakan oleh masyarakat Tiong Hoa pada setiap tahunnya, yang ditandai dengan musim semi atau musim hujan, karena memang dalam catatan sejarah Imlek di peringati sebagai hari raya musim semi (Xin Chun).

Imlek tidak hanya melulu mempunyai makna angpau, kue China (kue keranjang) Dodol dan juga yang tidak kalah menarik adalah Lampion yang berwarna merah. Unsur merah ternyata tidak pada lampion saja tapi juga busana yang dikenakan biasa dominan merah.

Warna merah sebagai semarak imlek dari catatan tradisi, selian kebahagiaan juga dipandang sebagang lambing ketulusan, kebenaran dan keberuntungan (Hoki).

Tahun Baru Imlek merupakan sebuah rangkaian peribadahan kepada Tuhan, kepada Alam dan kepada Leluhur. Perayaannya sudah di mulai sejak seminggu sebelum Imlek yang dikenal dengan Dji Si Siang Ang/Er Si Sheng An atau Hari Persaudaraan.

Er Si menunjukkan tanggal 24 bulan 12, Sheng berarti naik/menaikan, dan An berarti aman/selamat. Er Si Sheng An berarti saat menaikan/memanjatkan rasa syukur Kehadiran Tian karena sudah selamat melewati waktu satu tahun.

Tanggal 24 bulan 12 Imlek juga dikenal dengan Hari Persaudaraan, saat dimana masyarakat Tionghoa secara umum berbagi kepada saudara-saudaranya yang kurang mampu.

Semangat berbagi kepada saudara-saudara yang kurang mampu ini merupakan wujud rasa syukur kepada Tuhan atas berkah yang sudah diterimanya selama satu tahun.

Dilanjutkan dengan persembahyangan kepada leluhur (Chu Xi). yang dilaksankan satu hari menjelang Tahun Baru Imlek tanggal 29 atau 30 bulan Imlek dilaksanakan Chu berarti menggeser, Xi berarti penghujung/penghujung hari (sembahyang penutupan tahun).

Dilanjutkan dengan acara makan bersama (Nian Ye Fan). Acara makan bersama ini menjadi momen penting bagi keluarga Tionghoa (keluarga menjadi pilar penting dalam budaya masyarakat Tionghoa), karena merupakan saat reuni (Tang Yuan) bagi setiap keluarga Tionghoa.

Esok paginya, pada hari pertama Imlek, semua bersembahyang menyampaikan syukur kepada Tuhan seraya menyampaikan prasetya dan berkomitmen untuk berusaha lebih baik dalam menjalani tahun yang baru.

Dilanjutkan dengan memberikan hormat dan mengucapkan Selamat Tahun Baru kepada kedua orangtua dan saudara-saudara yang lain.

Banyak aturan (pantangan) pada masyarakat Tiong Hoa di Bogor, Tanggerang maupun sebagian kecil Jakarta (Kota) masyarakat Tionghoa terlebih khusunya penganut agama Khong Hu Cu pada saat tahun baru Imlek, di antaranya tidak boleh lagi bersih bersih rumah hingga tiga hari kedepan.

Dalam penanggalan imlek, selain menjadi pendanda akan jatuhnya hari raya, juga terdapat shio yang diberi lambang binatang sebanyak dua belas.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini