Partai beramai-ramai bergeser menjadi partai feodal dan relasi patron klien, menjadi elitis dan membangun DNA oligarki kepartaian.
Baca: Kronologi Penangkapan & Jenis Narkoba yang Dimiliki Nanie Darham Pemain Film Air Terjun Pengantin
Jualan partai pada pemilu bukan program atau ideologi partai namun gula-gula, figur populis, uang dan politik identitas. Partai juga belum tumbuh menjadi partai moderen berbasiskan nilai nilai demokratis.
Oligarki mengancam, partai mulai berani punggungi demokrasi, elite partai mulai meneriakkan slogan-slogan anti demokrasi, menganggapnya sebagai sistem politik yang mahal, tidak efesien dan mengidap bahaya politik identitas, yang mereka kecam harusnya oligarkinya bukan demokrasinya.
Partai hari ini trend menguat ke oligarki dan kartelisasi seperti PDI Perjuangan, Nasdem, Gerindra, Partai Demokrat dan sepertinya beberapa partai papan tengah juga akan ikut-ikutan, hampir tidak terjadi pertukaran elite secara reguler.
Baca: Indria Samego: Pengaruh Amien Rais Sudah Berkurang di PAN Jika Zulhas Terpilih Lagi
Bahkan anaknya sudah disiapkan untuk mengantikannya, parpol dikelola tidak ubah seperti mengelola perusahaan keluarga.
Menurut Juan Linz (1996), sebuah ciri khas partai demokrasi prasyarat mutlaknya adalah melakukan pergantian kekuasaan elite secara teratur, berpindah tangan dan terjadi pembatasan kekuasaan pada struktur kepemimpinan partai politik, menyiapkan kader pemimpin pada masa yang akan datang.
Kegelisahan kita, fenomena ini hampir tidak terjadi dalam partai kita sekarang, realitas politik tidak terjadi pertukaran elite secara reguler, partai dimenangkan oligarki dan diambil keuntungan oleh oligarki partai, diasuh oleh demokrasi.