News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Lima Dosa HTI Pada NKRI Perspektif KH. Imam Jazuli

Editor: Husein Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Massa Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dengan tertib duduk di depan layar besar untuk mendengarkan keputusan sidang PTUN, Senin (7/5/2018)

Sesudah era Ali, sistem yang dianut bukan lagi khilafah tetapi
dinasti, kerajaan atau kesultanan yang diperintah oleh klan yang berkuasa. Kepemimpinan ditentukan atas dasar keturunan, kesukuan, dan kekerabatan. Tak terkecuali dinasti Turki Utsmani yang menjadi idola HTI. Sistem yang dibangun oleh dinasti-dinasti setelah era al-Khulafa` ar-Rasyidun adalah sistem kerajaan absolut dan cenderung otoriter. Jika empat khalifah itu dipilih berdasarkan kualifikasi keunggulan, keutamaan, keilmuan, dan ketakwaan, sejak dinasti Ummayyah hingga runtuhnya Turki Utsmani, kepemimpinan ditentukan secara turun-menurun. Dan itu bukanlah konsep khilafah ‘ala minhajin nubuwwah sebagaimana yang kerap mereka gembar-gemborkan.

5. Gerakan Bawah Tanah dan Ancaman Terhadap Budaya

Terhitung sejak tanggal 19 Juli 2017, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) resmi dibubarkan dan dilarang di Indonesia setelah pemerintah melalui Kementerian Hukum dan HAM mencabut status badan hukum organisasi tersebut. Pencabutan itu didasarkan pada pasal 80A pada Perppu Nomor 2 Tahun 2017 tentang Organisasi Kemasyarakatan. Namun faktanya, meski sudah dibubarkan, HTI menurut KH. Imam Jazuli masih melakukan aktivitas-aktivitas bawah tanah yang mengancam negara.

Sel-sel dan jaringan HTI melakukan gerakan penggalangan dan indoktrinasi paham khilafah melalui kegiatan-kegiatan terselubung dengan berbagai bentuk, mulai kajian keagaman, diskusi ilmiah, lembaga dakwah kampus, ceramah di mimbar-mimbar masjid, hingga di lembaga-lembaga negara atau BUMN. Target mereka, memberikan penyadaran massif terhadap masyarakat secara gradual sehingga masyarakat siap untuk menyongsong tegaknya khilafah suatu hari nanti.

Di samping itu, dengan paham khilafah yang mereka yakini, HTI ingin menghancurkan warna-warni budaya Nusantara yang beraneka rupa. Pasalnya, tata nilai, ritual dan atribut budaya Nusantara dinilai tidak bernapaskan dan tidak ada dasarnya dalam Islam. Demikian juga simbol-simbol negara seperti bendera Merah Putih, Pancasila, prosesi kenegaraan, dan lain-lain. Agenda “pengikisan” budaya ini menurut KH. Imam Jazuli akan dilakukan secara bertahap oleh HTI, manakala mereka berhasil mengambil alih negara dan menegakkan khilafah.

Berdasarkan fakta-fakta sebagaimana disampaikan KH. Imam Jazuli di atas, sudah selayaknya masyarakat bersikap aware terhadap bahaya laten HTI yang bersembunyi di balik jubah dakwah Islamiah. Umat Islam tak boleh terpedaya oleh agenda politik HTI yang membahayakan ukhuwwah Islamiyyah, ukhuwwah wathaniyyah, dan ukhuwwah basyariyyah di bumi Indonesia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini