News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Teguran Allah Itu, Bernama Corona

Editor: Toni Bramantoro
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi virus corona

Selama ini banyak pihak yang sering mengambil peran Tuhan.
Mempertontonkan kesombongan, memperlihatkan kedigdayaan. Memaksakan kehendak dan keburukan lain yang sangat merugikan. Sewenang-wenang.

Kita hendaknya bersyukur (mudah ditulis dan diucapkan, tapi sulit kita aplikasikan) Allah tidak langsung menebang tiang-tiang langit hingga tudung bumi yang luas itu runtuh menghujam, pasti berantakan.

Allah juga tidak mengguncang bumi dengan dahsyat, hingga kita semua hancur berkeping-keping. Allah pun tidak membiarkan matahari membakar bumi, hingga kita terpanggang dan jadi bara api.

Allah mengirim teguran ini hanya dengan corona (sekali lagi mudah ditulis dan diucapkan). "Allah Tidak Akan Memberikan Suatu Cobaan Di Luar Batas Kemampuan Manusia”. (Q.S Al Baqarah : 286).

Jadi, masih kita ingin menyebut yang paling super? Masihkah kita, menjadi yang paling benar?

Sahabatku, jadikanlah corona ini sebagai momentum untuk memperbaiki hati. Allah sepertinya meminta kita untuk berdialog dengan diri kita sendiri. Rasanya tidak berlebihan jika saya menilai bahwa inilah momentum yang terbaik bagi kita untuk memperbaiki diri. Dalam kesenyapan kita bisa hanya berduaan dengan Allah.

Selama ini kita terlalu sibuk dengan hal-hal yang pasti akan kita tinggalkan saat malaikat Izrail datang. Selama ini kita terlalu sibuk menepuk-nepuk dada dan merasa paling benar sendiri dan meremehkan orang lain. Selama ini kita terlampau sibuk untuk sesuatu yang tidak terlalu penting.

Inilah momen itu. Kita hendaknya bersyukur (tentu sulit kita ucapkan pada keluarga korban, seberapa pun baiknya mereka) diberi kesempatan itu.

Sedapat mungkin kita gunakan kesendirian itu (tentu tak mudah kita ucapkan di hadapan saudara-saudara kita yang setiap hari harus mencari sesuatu hanya untuk keperluan makan) untuk mengadu, memohon, dan berharap kebaikan Allah yang jauh lebih luas. Kita jadikan hari-hari ini untuk keindahan yang hakiki.

Kita, ternyata bukan siapa-siapa. Kita, ternyata tetap makhluk yang papa. Kita, ternyata tetap membutuhkan pertolonganNya.

Semoga bermanfaat..

Tulisan ini saya dedikasikan untuk para pejuang kemanusiaan. Para dokter dan perawat, para aparat yang terus berjibaku di garis depan untuk menyelamatkan banyak manusia.
Tulisan ini juga saya khususkan untuk para korban, semoga Allah matikan semuanya dalam sahid...
Aamiin ya Rabb.

* M. Nigara, Wartawan Senior

M. Nigara (dok pribadi)
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini