Sisi lain yang menjadi perhatian Ahmad Fuadi sebagai pembedah novel ini, adalah kejelian penulis untuk menerbitkan karyanya dalam bentuk e-book.
Selain hal ini akan menjadi trend global, rupanya royalty yang akan dihasilkan juga jauh lebih besar ketimbang penerbitan sejenis dalam bentuk cetak.
“Penerbitan ini sangat efisien dan memangkas banyak ongkos produksi seperti kertas, distribusi, dan lainnya. Semoga hasilnya banyak karena telah diniatkan untuk membantu korban Corona,” imbuhnya.
Selain itu Ahmad Fuadi juga berkomentar bahwa semua proses yang dilakukan kedua penulis secara daring, dari mulai penerbitan buku hingga launching, merupakan suatu lompatan baru yang dapat menjadi salah satu solusi atas problem yang dihadapi banyak penulis saat ini di situasi pandemi.
Sementara itu, pakar sastra dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Prof. Ali Imron Al-Ma’ruf, sebagai komentator novel, menyatakan bahwa latar cerita (setting) yang ditulis dalam novel tersebut mencerminkan kekalutan yang ada di sebagian masyarakat Arab dibumbui kisah cinta yang memukau.
Maklumlah, sang profesor sendiri sempat tinggal kisaran 6 bulan di Mesir hingga akhirnya harus pulang ke Indonesia di tengah merebaknya virus Corona.
“Ibarat nasi liwet, novel ini bisa dibilang masih sangat hangat, bahkan panas dan sangat mungkin menjadi karya pertama yang mengangkat kisah seputar virus Corona. Keadaan di sana benar-benar sangat sulit dan kompleks, tidak kalah serunya dengan perang Arab-Israel. Karenanya, novel ini bisa dikatakan kontekstual dan menarik bagi kalangan yang ingin tahu kondisi masyarakat di negeri gurun,” katanya dengan serius.
“Novel ini termasuk kedalam jenis novel literer. Karya sastra yang memuat pesan moral dan semangat penulis. Kebalikannya dari jenis populer yang semata-mata hanya untuk menghibur pembaca,” ungkap Prof Ali ketika ditanya oleh salah satu pemirsa launching mengenai genre novel LACZ.
Prof Ali juga memberi catatan pentingnya menambah aspek ironi dalam cerita. Dan akan jauh lebih bagus apabila diperbanyak aspek majas dan pribahasa.
“Saya menunggu karya selanjutnya yang lebih berani dalam berimajinasi dan mengeksplor suasana,” imbuh Prof Ali.
Pada saat launching, uniknya kedua penulis berada di Kairo, pembahas di Jakarta, sementara komentator di Solo, serta diikuti oleh banyak kalangan dari berbagai penjuru dunia. Novel Lockdown: Asa, Cinta dan Zahira atau dikenal dengan novel LACZ ini mulai bisa diunduh oleh pembaca sejak tanggal peluncurannya melaui Google Play.