OLEH : GOENAWAN A SAMBODO, Epigraf & Ahli Sejarah Kuno
KISAH bencana dan wabah penyakit di masa lalu sangat menarik dikaji. Sekurangnya, ada yang terjadi masa kini, berlangsung pula di masa lampau.
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat.
Sebabnya, bisa faktor alam dan/atau faktor non-alam, maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Dilihat dari jenisnya, ada bencana alam, bencana non-alam, dan bencana sosial. Bencana alam peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan alam.
Antara lain gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
Sebagai negara yang berada dalam cincin api Asia-Pasifik, Indonesia sangat rentan gempa bumi. Baik kekuatan besar ataupun kecil.
Candi Borobudur ketika terkuak dan dibersihkan, terlihat kerusakannya lebih banyak diakibatkan gempa bumi. Bisa dilihat bagian dasar stupa yang naik ke atas, ada yang mleyot, eh melendut ke samping.
Entah gempa itu terjadi tahun berapa, namun hal itu salah satu penyebab rusaknya Borobudur.
Bagaimana berita dari prasasti? Seperti pernah ditulis JG Casparis, prasasti adalah tulang punggung utama penyusun sejarah kuno Indonesia.
Namun perlu pula dipahami ketika kita bicara makanan yang ada dalam prasasti, bukan berarti prasasti itu berisi resep.
Kejadian-kejadian penyerta dalam prasasti hanyalah sebagai keterangan tambahan dalam membaca alasan utama pembuatan prasasti.
Dari prasasti Waruṅgahan 1227 Ś temuan Tuban disebutkan. “ika taŋ praśāsti hilaŋ ri kāla niŋ bhūmi kampa “ (Prasasti itu hilang di saat terjadi gempa bumi).
Gempa bumi di mana? Ya tentu saja gempa bumi di Warunggahan, tempat yang disebut dalam prasasti itu.