Passenger-Turbo-Props seperti ATR 42-500 dan Cessna Grand Caravan. R80 mungkin masuk kategori Passanger-Turbo Props yang bersaing dengan Cessna yang dulu pernah menjadi mitra PT Nurtanio Bandung.
Meski masuk kelas paling bawah, point nya adalah bahwa R80 sudah masuk dalam bisnis pesawat komersil yang selama ini diidamkan banyak orang.
Keempat, masyarakat Indonesia pasti belum lupa efek krisis moneter yang telah membuat PT Nurtanio ambruk. Pabrik yang berlokasi di Bandung dan pernah jaya dan mendapat banyak privillege di masa Presiden Soeharto, tiba-tiba jatuh berkeping-keping.
Perusahaan mesti memecat ribuan karyawannya karena tidak ada lagi uang sehigga pengadilan pun menyatakan perusahaan ini pailit. Meski pada akhirnya proses banding menolak putusan tersebut.
Namun bila kita lihat lebih jeli lagi, proses kemunculan R80 ini sejatinya tidaklah sebuah proses tiba-tiba. Sebelum R80 ini dilaunching, perlahan tapi pasti industri dirgantara nasional kita menggeliat.
Hanya, mungkin tidak begitu terlihat oleh banyak orang. Selain karena masih lekat ejekan terhadap industri dirgantara nasional yang disimbolkan pada PT Dirgantara Indonesia (PT DI), orang juga sedang terpukau dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Menggeser teknologi pesawat dan mesin yang selama ini menjadi primadona masyarakat.
Bila kita geser beberapa waktu sebelum R80 dilaunching, maka berkaitan dengan dunia dirgantara kita akan dikejutkan dengan terbang perdana pesawat N-219 Nurtanio buatan PT DI pada 16 Agustus 2017.
Seperti yang diketahui, proses pembuatan pesawat terbang adalah proses yang sangat panjang. Bukan proses tiba-tiba. Begitu juga dengan N-219 Nurtanio. Meski baru uji perdana pada tahun 2017, tapi proses nya sudah berjalan jauh sebelumnya.
Pesawat N-219 Nurtanio sendiri diawali pada tahun 2003 ketika PT DI mengungkapkan rencana pengembangan pesawat kapasitas 19 penumpang dan membuka kerjasama dengan banyak negara.
Proyek ini bisa dilaksanakan 3 tahun berikutnya, 2006, setelah ditanda tangani kerjasama antara Qatar-Indonesia dalam Joint Investment Fund dengan nilai investasi sebesar US$65 Juta. Pada Agustus 2016, Airbus Defence and Space menyatakan komitmen untuk memberikan bantuan dalam pencapaian sertifikasi N-219.
Prototipe pertama N-219 sendiri selesai pada 2017 dan uji coba perdana dilaksanakan pada tahun sama di Bandara Husein Sastranegara. Durasi percobaan dari lepas landas hingga pesawat mendarat kembali adalah 26 menit.
Pesawat komersil yang bisa menampung 19 penumpang yang sangat cocok untuk negara kepulauan seperti Indonesia ini, waktu itu ditargetkan mulai produksi sekitar akhir tahun 2019.
Bila kita melihat peluncuran pesawat N-219, mestinya kita tidak aneh dan kaget mendengar berita peluncuran R80. Sebuah pesawat rancangan PT RAI yang mempunyai kapasitas penumpang lebih banyak dan spesifikasi lebih tinggi dibanding N-219. Kita seperti melihat adanya kesinambungan tidak terputus dari N-219 ke R80.
Meski mungkin keduanya datang dari dua perusahaan yang berbeda. Bila dilihat dari urutan waktu, maka ketika ide N-219 dikeluarkan, ide R80 belum muncul.