News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Sejarah Purba

Menjadi Detektif Feses Hewan Prasejarah dari Situs Sangiran

Editor: Setya Krisna Sumarga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Fosil feses hewan purba temuan situs rasejarah Sangiran, Sragen, Jawa Tengah, mampu memberi gambaran tabiat pemilik feses, bahan yang dikonsumsi, serta dietnya.

Jejak parasit, virus, bakteri dan patogen lain pada temuan-temuan rangka kuno dapat membantu mengetahui jalur migrasi manusia kuno, dan beragam penyakit atau status kesehatan manusia kuno.

Untuk jejak-jejak kaki hewan masa lampau masih menjadi konsentrasi para paleontolog. Jejak-jejak kaki dinosaurus adalah yang paling menarik bagi khalayak, khususnya anak-anak karena beragam bentuk dan besar ukurannya.

Jejak-jejak kaki hewan dari masa Pleistosen relatif langka. Salah satu bukti yang pernah ada adalah jejak-jejak kaki hewan Pleistosen yang berusia ratusan ribu atau bahkan lebih dari satu juta tahun lalu di tepian Bengawan Solo di sekitar Widodaren, Ngawi, Jawa Timur.

Beberapa feses fauna Pleistosen yang memfosil telah ditemukan di Sangiran. Ragam feses itu dapat menginformasikan ragam hewannya.

Mempelajari fosil-fosil itu, Anda tidak perlu khawatir kondisi material dan baunya. Bahkan Anda bisa pegang-pegang dan usap-usap dengan jari anda yang bersih.

Jika anda mencoba menjilat pun tidak masalah selama fosil itu sudah dicuci. Untuk bisa memahami morfologi feses (tahi, koprolit) itu mesti memahami etologi hewan, apakah hewan itu karnivora, herbivora atau omnivora.

Herbivora itu bisa termasuk folivora atau frugivora. Di sini kita punya bayangan bagaimana ragam feses hewan karnivora, herbivora atau omnivora itu.

Di antara ragam feses itu, manakah yang paling mudah hancur atau mudah teradwarkan ke alam. Diet mereka menentukan bentuk dan keawetannya.

Feses-feses hewan herbivora mudah hancur karena materialnya banyak mengandung selulosa. Kondisi demikian menyebabkan feses hewan-hewan karnivora dan omnivora lebih lambat hancur.

Bahkan beberapa hewan itu mempunyai perilaku menyembunyikan feses-fesesnya, ada yang menguburkan feses-fesesnya.

Feses-feses itu bisa memfosil karena proses geologis, dan bisa berpindah-pindah lokasi oleh proses taponomis.

Baca: Mengapa Manusia Sekarang Tidak Makan Daging Hyena, Jerapah, atau Kuda Sungai?

Dari feses-feses itu kita bisa rekonstruksi hewan-hewannya berdasarkan tingkat ektrapolasinya; di mana kita bisa sampai menggambarkan bagaimana habitat dan iklim saat mereka hidup.

Di sini kita bisa menjadi detektif feses-feses hewan prasejarah Sangiran.(*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini