Teks bahasa Indonesia tertulis "Selamat Datang Duta-duta Kemanusiaan di Tanah Papua."
Saat saya tanyakan ke Yanto melalui pesan WA, dijawablah, Obhe artinya rumah atau balai adat. Lalu Helebhey artinya Tajam.
Maknanya, siapa yang melanggar norma/nilai, baik dalam perbuatan maupun perkataan dia akan teriris (mendapatkan kesusahan). Bisa pula dimaknai lain yang sejenis.
Lalu Ondofolo adalah Pemimpin Masyarakat Hukum Adat. Sedangkan, Ondikeleuw Haleufoiteuw adalah nama nama moyang/dewa, terkait lambang dalam jabatan ondofolo.
Helle Wabhouw adalah nama kampung yang mengandung arti komunitas atau kelompok masyarakat yang mula-mula mendiami wilayah hukum adat di sentani (pemilik hak ulayat).
Sebagai ondofolo, Yanto berusaha meneruskan tradisi yang ditanamkan leluhur. Termasuk Boy, kakaknya yang telah mendahului.
"Sebelum meninggal, pesan beliau adalah supaya kita bersabar dan pandai memberi maaf kepada siapa saja. Termasuk yang tidak menghargai adat istiadat."
Dari kerabat keluarga Yanto, yang bernama Ronald Manoach Eluay saya juga mendapat informasi menarik.
Warga Kampung Sereh sangat terkesan dengan Doni Monardo. Tak heran jika ada salah satu keluarga yang menamakan bayinya yang baru lahir dengan nama Doni Monardo Ibo.
Bahkan ada seorang perempuan tua (mama) menghampiri Ronald dan bertanya, "Bapa itu siapa Ka?" Tidak menggubris jawaban Ronald, si mama tadi melanjutkan kalimatnya, "Bapa itu beda sekali.... Saat dia sambutan, kata-katanya masuk ke kami punya hati. Hati rasa tenang dan damai sekali. Tuhan berkati bapak itu. Kami senang sekali bapa itu...."
Begitulah cara Doni Monardo merajut persahabatan dan persaudaraan. Bukan hanya itu. Sudah banyak contoh, Doni membuat “lawan” menjadi “kawan”.
Artinya, sebagai prajurit yang mengabdi kepada bangsa dan negara, Doni acap berhadapan dengan “musuh” ketika bertugas. Musuh dalam terminologi “musuh negara” secara konstitusional.
Tak heran jika Doni begitu dicintai warga Papua. Bahkan, merunut waktu lebih ke belakang, saya teringat tanggal 5 Desember 2019 saat BNPB meluncurkan program Katana (Keluarga Tangguh Bencana) di pesisir Desa Pasie Janteng, Kecamatan Lhoong, Aceh Besar.
Doni tidak tidur di hotel, tetapi tidur di tenda, seperti halnya peserta kemah Katana yang lain.