Pada tengah malam, ketika sebagian besar peserta Katana sudah beranjak ke peraduan, Doni–saya ikut menemani--menuju ke tengah tanah lapang. Duduk lesehan di terpal plastik yang dihampar di atas rumput.
Di situ, sudah ada belasan lelaki. Dalam sekejap Doni sudah terlibat pembicaraan akrab dengan mereka.
Saat itulah saya tahu, orang-orang itu adalah para mantan anggota GAM, yang notabene (dalam konteks tugas) pernah berhadap-hadapan dengan Doni Monardo.
Begitulah, senjapun turun di wajah Sentani. Kopi sudah tuntas diteguk. Sebuah momen bahagia hari itu, makin meneguhkan pentingnya merawat perdamaian dan memuliakan adat. Dan di surga sana, (semoga) Theys pun tersenyum manis.