News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Ukuran Isme atau Agama yang Benar?

Editor: Setya Krisna Sumarga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dulu mayoritas pesertanya terdiri dari ketua-ketua Senat Mahasiswa (sekarang BEM), Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) dan ketua-ketua Komisariat HMI yang belum sempat LK 2 yang saya pandu selaku Steering Committe (HMI Cabang Ujungpandang "mewajibkan" semua ketua-ketua organisasi intra kampus yang berasal dari HMI, minimal lepasan LK 2).

Pertanyaan itu muncul dilatari kenyataan dari segi jumlah, Islam ternyata pemeluknya lebih kecil dibanding agama-agama lain.

Bahkan dengan mereka yang berpaham ateis sekali pun. Juga secara faktual umat Islam sangat tertinggal.

Bahkan Islam saat ini identik dengan kebodohan, keterbelakangan, dan lain sebagianya. Apakah Islam agama yang benar dan bersifat universal atau sekedar agama temporer atau kontemporer?

Sejatinya ukuran kebenaran satu isme atau agama, bukan dilihat dari berapa jumlah pemeluknya. Bukan juga dilihat apakah penganutnya maju dari segi fisik kebendaan.

Tapi dari kesesuain ajarannya dengan fitrah (tabiat alami atau primordial nature) manusia yang sesungguhnya.

Apakah isme tersebut bersesuaian dengan fitrah manusia atau malahan bertentangan? Alangkah janggalnya jika isme atau agama yang berpretensi mengatur hidup manusia, justru doktrin ajarannya bertentangan dengan fitrah dan nilai-nilai kemanusiaan itu sendiri.

Komunisme runtuh di Soviet, China dan lain-lain, bukan disebabkan agresi militer atau invasi budaya barat yang bersifat eksternal.

Tapi lantaran mengalami pembusukan secara sosiologis dari dalam karena ajarannya bertentangan dengan fitrah manusia itu sendiri.

Suatu isme yang ajarannya bertentangan dengan fitrah manusia, cepat atau lambat pasti akan ditinggalkan meski berbagai upaya coba dilakukan rezim pendukungnya untuk mempertahankannya.

Caranya beragam, mulai sosialisasi dan indoktrinasi yang massif, upaya tambal sulam terhadap basis filsafat dan teori yang mendasarinya, sampai kepada represi militer, sebagaimana yang terjadi di Soviet duĺu.

Ada beberapa kebutuhan manusia yang tdk mungkin diingkari karena bersumber dari tuntutan fitrahnya seperti makan dan minum yang berbeda dengan merokok misalnya.

Orang bisa saja berhenti merokok, tapi tidak mungkin berhenti untuk makan dan minum. Sebab makan dan minum adalah kebutuhan yang bersumber dari tuntutan fitrah manusia itu sendiri.

Salah satu tuntutan fitrah manusia menyangkut tujuan hidup sehingga manusia bisa menjalani hidupnya dengan setia dan konsisten (istiqomah), adalah adanya kepastian keabadian dan kebahagiaan hakiki yang merupakan tuntutan bersumber fitrahnya, bisa terpenuhi lewat perjuangan dalam meniti kehidupannya.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini