OLEH : EGY MASSADIAH, Staf Ahli Kepala BNPB
PANDEMI Covid-19 di Indonesia kini sampai pada fase uji coba vaksin. Perkembangan ini setidaknya menunjukkan secercah cahaya di ujung lorong kegelapan.
Satu lagi persoalan yang harus dilalui, yakni uji coba vaksin. Harus ada sukarelawan yang bersedia menjadi “kelinci percobaan”.
Pada banyak kasus, monyet menjadi binatang yang paling sering menjadi objek penguji-coba vaksin. Di samping tikus.
Bagaimana jika kemudian, Letjen TNI Doni Monardo menjadi relawan uji klinis vaksin? Ini bukan berita bohong.
Jubir pemerintah untuk penanganan virus Covid-19, Prof Wiku Adisasmito sendiri yang menyampaikan kabar itu, Kamis (13/8/2020).
“Benar, pak Doni akan ikut menjadi relawan uji klinis vaksin,” ujar Prof Wiku. Informasi lainnya, ada dua warga BNPB lainnya dengan suka rela juga sudah mendaftar.
Baca: Doni Monardo: Tak Perlu Saling Menyalahkan, Setiap Kebijakan Pasti Ada Risikonya
Sebelumnya, Prof Wiku melalui YouTube menegaskan pernyataannya seperti ini, “Kami ingin menyampaikan Ketua Satgas enanganan COVID-19 Letjen TNI Doni Monardo telah mendaftarkan diri menjadi relawan uji klinis vaksin COVID-19."
Vaksin ini ditargetkan terformulasikan awal tahun 2021. Proses selanjutnya adalah uji klinis. Jika berhasil, segera diproduksi secara massal untuk mengatasi pandemi secara permanen.
Anda mungkin bertanya, “Bagaimana kalau gagal?”
Mengingat begitu besar risiko yang harus ditanggung bagi relawan yang bersedia menjadi “kelinci percobaan” vaksin, maka persoalan ini pun sempat menjadi perdebatan. Perdebatan tajam khususnya etis dan tidak etis.
Memang, pernah ada pada suatu masa, penguji-cobaan vaksin malaria dan kolera kepada manusia. Bedanya, saat itu sudah ditemukan obat untuk malaria dan kolera.
Sedangkan yang corona, belum. Itu artinya, uji coba vaksin Covid-19 dilakukan di saat belum ada obat untuk virus itu. Itu artinya, Doni Monardo dan relawan lain akan menjadi “kelinci percobaan”.
Sekadar informasi, The Jenner Insititute telah melakukan uji coba vaksin Covid-19 pada monyet, rhesus kera di Rocky Mountain Laboratory National Institutes of Health AS di Montana, Juli 2020.