Pak Muhadjir menggantikan Pak Malik menjadi rektor UMM setelah beberapa periode menjadi Pembantu Rektor III.
Pada waktu jadi rektor, Muhadjir berniat membuat patung setengah dada Pak Jakob untuk ditempatkan di ruang Jakob Oetama Corner di Perpustakaan UMM.
Jakob Oetama Corner itu berisi buku-buku koleksi Pak Jakob untuk UMM, termasuk buku terbitan Kompas-Gramedia. Secara periodik Pak Jakob menambah bukunya.
Pak Muhadjir mengutus saya untuk menyampaikan niatnya itu ke Pak Jakob.
“Minta tolong disampaikan ke Pak Rektor, saya berterima kasih atas penghargaan itu. Tapi mohon maaf patung itu sebaiknya tidak usah ya, Mas,” kata Pak Jakob.
Saya ingat betul beliau menyampaikan dengan nada rendah menahan haru.
Sehari setelah Pak Muhadjir diangkat jadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) oleh Presiden Jokowi, saya diutus sowan ke Pak Jakob untuk menyampaikan informasi itu.
Sebenarnya Pak Muhadjir ingin secepatnya menyampaikan langsung, tapi mengingat kesibukannya sulit direalisasi dalam waktu dekat. Itulah pertimbangannya mengutus saya, sekaligus meminta waktu untuk sowan.
PLANET MATAHARI
Hubungan Pak Jakob dengan Pak Malik yang begitu cepat menjadi persahabatan karib dan baik, saya kira karena banyak nisbah (titik temu).
Sebagaimana disampaikan Pak Muhadjir, keduanya memiliki komitmen terhadap pemajuan pendidikan dan kebudayaan.
Pak Jakob dan Pak Malik memiliki basis pendidikan yang sama yaitu guru. Sebelum jadi wartawan, kemudian mendirikan Kompas-Gramedia, Pak Jakob adalah seorang guru. Dan jiwa guru ini tidak pernah luntur.
Pak Malik juga mengawali kiprahnya menjadi guru SMEA Nusa Tenggara Barat (NTB), sebelum akhirnya menjadi Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang, menjadi Rektor UMM, dan sempat merangkap Rektor Universitas Muhammadiyah Solo untuk menyelamatkan kampus itu.
Menjadi Dirjen Binbaga Kemenag, Menteri Agama jaman Presiden Habibie dan Mendiknas jaman Presiden Megawati. Terakhir menjadi anggota Wantimpres 2015-2020.