Oleh: Asep Saepudin, Koordinator Komunitas Seni Berbagi (SEBA)
Komunitas SEBA lahir untuk memberi akses dan ruang bagi pelaku seni budaya dalam berkolaborasi memajukan kebudayaan yang berakar pada tradisi warisan leluhur dan kearifan lokal.
Lahir dari 4 personel, yakni Mas Birin (MB), Mas Bayu (MU), Kang Asep (KA) dan Nona Hesti (NPL). Mereka memiliki keinginan dan harapan yang sama.
KENAPA PAKAI NAMA SEBA
Secara terminology, SEBA berasal dari bahasa sunda yang secara umum berarti “ menyerahkan sesuatu atau berserah”.
Masyarakat Baduy ada tradisi SEBA setiap tahun dengan berkunjung ke Pemerintah sambil membawa hasil bumi.
Namun, komunitas SEBA, memaknainya jauh lebih dari sekedar itu. Kita akan akan selalu melakukan ritual / upacara rasa syukur kepada Tuhan semesta alam, yang telah memberikan berkah dan rahmat dalam kehidupan.
Secara akronim, SEBA singkatan dari Seni Berbagi. Sebuah upaya untuk saling berbagi apapun sesuai dengan kapasitas kita masing masing, seperti pengetahuan, keteramplan, pengalaman, informasi, atau hanya sekedar silaturahmi, dalam upaya pemajuan kebudayaan.
UNTUK APA SEBA LAHIR
Seba kedepannya akan membuat program dan kegiatan seni budaya yang mengedepanklan atau berbasiskan tradisi dan kearifan local, dengan prinsip gotong royong, sehingga akan membuat jejaring dengan para pemangku lainnya, seperti pemerintah, lembaga-lembaga pendidikan, komunitas-komunitas budaya, akademisi, budayawan dan media massa.
Baca juga: Peringatan 10 Tahun Gempa Bumi Besar Jepang Timur 11 Maret Digelar di Teater Nasional Chiyodaku
Adapun kegiatan-kegiatan rill yang akan dilaksanakan bisa berupa panggung ekspresi, seminar/diskusi/workshop, ekspose media social para pemangku, dan dokumentasi budaya.
KEGIATAN APA YANG SAAT INI DILAKUKAN
Kegiatan pertama Komunitas SEBA adalah Memperingati Hari Teater Sedunia 2021, dengan diisi beragam pertunjukkan, diantaranya:
REPERTOAR KELAHIRAN SEBA, oleh Hesti Nona Palalangan, seorang Budayawan Tari.
Inilah Narasi dari Repertoar Kelahiran SEBA