Sebaliknya, meski dengan pengetahuan seabrek di kepala atau dengan skill yang mumpuni di tangan, tapi kalau tidak memiliki 4 kunci di atas, dipastikan enerjinya kecil. Dampaknya, tidak kreatif, cepat kalah, dan pori-pori kecerdasannya kurang optimal bekerja.
Al-Quran telah menginformasikan cara kerja sunnatullah demikian pada Surah Luqman: 12. “Sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu ‘Bersyukurlah kepada Allah. Siapa saja yang bersyukur, maka sungguh ia bersyukur untuk dirinya sendiri. Tetapi siapa saja yang tidak bersyukur (kufur nikmat), maka sungguh Allah Maha Kaya, Maha Terpuji”.
Tidak ada yang bisa mendebat, siapapun yang mengenal Ustadz Syukri, dipastikan dapat menemukan total appreciation pada diri beliau. Apalagi landasan apresiasinya adalah iman.
Kedua, integrated determination (determinasi yang menyatu). Semua manusia yang tangguh dalam memperjuangkan kebajikan, dari kalangsan sahabat Nabi, dokter yang ditugaskan di daerah terpencil, bidan, kiai, dan seterusnya memiliki tiga determinasi yang terintegrasi (bertauhid) ini.
Dalam konsep kecerdasan hati, determinasi adalah kejelasan sasaran usaha yang benar-benar diperjuangkan seseorang, seperti macan tutul mengejar mangsa atau seperti pemuda mingincar bunga desa. Supaya enerji hati berlimpah, maka dibutuhan penyatuhan tiga determinasi ke dalam kesatuan gerak langkah sehari-hari.
Ketiga determinasi tersebut adalah determinasi jangka pendek (target atau tujuan sekarang), jangka panjang (mimpi, visi, atau cita-cita), dan determinasi puncak (alfalah di akhirat). Untuk determinasi ini, Kiai Syukri adalah sosok yang harus diteladani banyak kiai, utamanya kiai alumni. Jangan kan hartanya, hidupnya saja sudah diwakafkan untuk perjuangan pesantren.
Ketiga, mature self-regulation. Segundang hasil riset di kecerdasan hati dan psikologi sudah memastikan bahwa manusia yang gagal mengontrol emosi hatinya (negatif feeling) akan gagal pula mengeluarkan enerji hati. Paling-paling yang sering keluar adalah nafsu: amarah dan syahwat.
Maka sudah sangat saintifik ketika Rasulullah SAW berpesan: “Orang kuat itu bukan orang yang badannya gede (pegulat), tapi orang yang mampu mengontrol dirinya saat emosi sedang keos”, berdasarkan hadis riwayat HR. Ahmad dan Ibn Hiban.
Saya sendiri belum pernah dimarahi Ustad Syukri. Tapi, dari cerita kawan-kawan sewaktu Ustadz Syukri masih muda (usia beliau 40-tahun-an), banyak yang kena marah beliau. Itu terjadi pasti karena memang ada kesalahan. Artinya, marahnya beliau bukan marah yang ngawur dan ngamuk yang menguras enerji hati, tapi marahnya seorang pemimpin, seorang kiai, seorang guru, dan seorang orangtua.
Selamat jalan Dr. HC. KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA. Kami mengenangmu selamanya sebagai sosok K-I-A-I: Kamalul Ilmi, wal-Adabi, wal-Istiqomati.