News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Lemahnya Kontrol Emosi dan Menanti Sanksi Polisi Smackdown Mahasiswa di Tangerang

Editor: Wahyu Aji
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Anggota Komite I DPD RI, Abdul Rachman Thaha (ART)

Oleh: Abdul Rachman Thaha (ART)
Anggota Komite I DPD RI

Mari kita tidak nihilkan kerja-kerja kebaikan polisi.

Polri sejak dulu berupaya meyakinkan publik bahwa mereka telah melakukan kerja-kerja penegakan hukum atas berbagai peristiwa di tengah masyarakat.

Tapi bisa dibilang sangat sedikit orang yang tahu tentang bagaimana Polri menjatuhkan sanksi apalagi memberlakukan hukum pidana kepada para personelnya yang mencederai masyarakat dan bertindak tidak profesional lainnya.

Dalam bingkai itu, kabar positif datang dari kasus "smackdown" di Kabupaten Tangerang.

Polri berjanji akan memberikan tindakan tegas terhadap personelnya yang melakukan aksi "smackdown" terhadap mahasiswa.

Baca juga: Fariz Tak Balas Pelukan Brigadir NP yang Minta Maaf karena Dibanting Saat Lagi Demo di Tangerang

Kesanggupan untuk mengenakan sanksi, lalu menyampaikannya ke publik, saya nilai sebagai cara membangun budaya akuntabilitas di lingkungan Polri.

Tiga nilai dalam budaya akuntabilitas yang terefleksikan dari penjatuhan sanksi itu adalah integritas, responsibilitas, dan transparansi.

Memang, penyikapan yang bisa dilakukan sesungguhnya tidak sebatas pada lingkungan organisasi semata.

Mekanisme hukum formil pun bisa diselenggarakan untuk memaksimalkan akuntabilitas kepolisian tersebut.

Pastinya, perlu disisir kasus demi kasus, agar tidak setiap misconduct oleh personel Polri ditangani secara pidana.

Menilai bahwa pengenaan sanksi bagi personel merupakan langkah yang sangat baik, saya menantikan adanya data lengkap dari Polri tentang bagaimana pendisiplinan dan pemidanaan itu telah dilakukan secara internal.

Ketersediaan data tentang hal itu tidak semestinya dipublikasikan secara insidental sebagai respon atas kegemparan di publik.

Baca juga: Tak Berhenti Pegang Lehernya, Fariz Mahasiswa yang Dibanting Polisi Saat Demo Jalani Rontgent Thorax

Polri tidak usah khawatir bahwa data semacam itu akan mendelegitimasi dirinya. Justru ketersediaan data, sebagai refleksi kejujuran (transparansi) institusi Polri, akan meyakinkan masyarakat tentang kesanggupan korps Tribrata menjadi agen perubahan sosial.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini