News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Doni Bertanya, “Ligna” Sekarang di Mana?

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Umum PPAD, Letjen TNI Purn Dr HC Doni Monardo

TRIBUNNEWS.COM - Ada pertanyaan menggelitik dari Ketua Umum PPAD, Letjen TNI Purn Dr HC Doni Monardo, “Anda tahu produsen furniture merek Ligna kan? Yang iklannya ‘kalau sudah duduk lupa berdiri’.

Nah, sekarang Ligna ke mana?”

Doni melempar pertanyaan itu saat memberi pemaparan di acara tatap muka bersama pengurus pusat PPAD dan para ketua PPAD provinsi, di Hotel Yuan Garden, Pasar Baru, Jakarta Pusat, Senin (7/2/2022).

“Sekarang yang ada hanya Ikea. Itu artinya, kita ‘dijajah’ Ikea. Sementara, Ligna yang milik putra bangsa, tergusur,” kata Doni, prihatin.

Tidak berhenti sampai di situ. Mantan Kepala BNPB (2019-2021) itu juga menyodorkan fakta yang mencengangkan.

“VOC yang bercokol di tanah air kita tiga abad lebih, saat ini menjadi salah satu perusahaan terkaya di dunia. Asetnya mencapai 7,9 triliun US dollar (sekitar Rp 115 kuadriliun rupiah). Sedangkan APBN kita, belum pernah lebih dari Rp 3.000 triliun. Bandingkan!” kata Doni seraya menambahkan, “kekayaan itu sebagian besar disumbang dari hasil rempah-rempah kita.”'

Baca juga: “Bapak Air”, Pangkostrad Maruli Serta Pengakuan Doni Monardo

Berbicara di hadapan lebih dari 100 orang pengurus PPAD pusat dan daerah, Doni begitu antusias mengajak para purnawirawan untuk berbuat untuk bangsa. Ketika pengabdian sebagai prajurit berakhir, bukan berarti selesai pula dalam bertugas dan mengabdi kepada bangsa dan negara.

Bedanya, jika dulu memanggul senjata, utamanya di bidang keamanan dan pertahanan negara, saat ini lain.

“Sekarang kita berjuang untuk membantu pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” paparnya.

Karena itulah, Doni Monardo menegaskan ihwal politik PPAD ke depan. Bukan politik praktis kekuasaan, melainkan politik kesejahteraan.

“Yang urus politik praktis sudah ada, yakni partai politik. Yang mengurus ideologi dan konstitusi juga sudah ada. Para purnawirawan saya ajak untuk mengurus kesejahteraan dengan membangun jiwa wirausaha,” ujarnya.

Langkah Doni bukan ambisi pribadi. Ia pun mengilas balik, saat dirinya dipercaya para senior menjadi Ketum PPAD 2021 – 2025 pada Munas IV PPAD, 14 – 15 Desember 2021. Doni menggantikan Letjen TNI Purn Kiki Syahnakri.

“Para senior dan sesepuh menghubungi saya. Mereka kurang lebih mengatakan, ‘Don, kamu sudah melakukan banyak hal, tapi ada satu yang belum, yaitu mensejahterakan purnawirawan,” ujar Doni menirukan pesan para senior kepadanya.

“Itulah yang menjadi pemikiran saya. Lebih baik hari ini dan ke depan kita memikirkan diri sendiri dan lingkungan kita, syukur-syukur bisa membantu negara. Kalau dulu kita berjuang, terutama bapak-bapak yang lebih senior, di berbagai medan operasi, melawan Belanda di Papua, operasi Seroja, Operasi di Kalimantan Utara, dan lain-lain. Terakhir, dalam keadaan sulit kerusuhan Mei 1998, TNI termasuk ambil bagian menjaga keutuhan NKRI yang hampir pecah,” papar Doni.

"Old soldiers never die, they simply fade away" adalah slogan yang paling pas untuk para purnawirawan. Setelah tugas sebagai prajurit selesai, tidak ada kata surut. Kita harus terus mengabdi di lahan pengabdian yang berbeda.

“Saya prihatin kalau mendengar dan membaca berita purnawirawan digusur dari rumah dinas. Bayangkan, puluhan tahun mengabdi untuk negara, tapi di akhir tugas kena gusur,” ujar Doni.

Kembali Doni menegaskan, atas pertimbangan itu semua, maka Doni menyampaikan tidak ada pilihan lain kecuali membawa PPAD ke arah kesejahteraan.

Terlebih, masalah kesejahteraan bukan hanya milik orang-per-orang, tetapi masalah bangsa.

Hanya bangsa yang sejahtera yang mampu membangun kekuatan negaranya. Sebaliknya, bangsa yang tidak sejahtera, akan menjadi bangsa yang lemah. Doni mengajak para purnawirawan bergerak sesuai bidang keahlian. Setiap daerah juga punya potensi yang bisa dikembangkan.

Doni menyebut satu nama waralaba kelas dunia: Kentucky Fried Chicken (KFC). Logo brand adalah seorang lelaki tua berkacamata.

Ia adalah Kolonel Sanders. Seorang tentara urusan dapur asal Kentucky Amerika Serikat. Setelah pensiun, ia menjual resep ayam goreng bikinannya.

Dalam salah satu buku “No Pain No Gain” (Johannes Lim), dikisahkan, ia telah melewati ribuan penolakan.

Hebatnya, Kolonel Sanders tidak menyerah. Ia terus menawarkan resep ayam goreng andalannya hingga akhirnya ada yang menerima.

Saat ini, KFC menjadi salah satu perusahaan waralaba terbesar di dunia dengan keuntungan miliaran dollar. Bisa jadi, Kolonel Sanders adalah purnawirawan tentara Amerika Serikat yang paling kaya.

Doni Monardo, setelah mendapat penugasan menjadi Komisaris Utama Inalum (PT MIND ID), menjadi makin paham, betapa Indonesia sangat kaya sumber daya alam. BUMN-BUMN tambang yang dimiliki pemerintah, toh tidak bisa menguasai bisnis tambang. Sebagian besar pemainnya adalah swasta.

Untuk itu, ia mengajak PPAD harus meningkatan ilmu pengetahuan, penguasaan teknologi, dan pelatihan.

Bila perlu melibatkan anak-anak. Negara kita sangat melimpah potensi batubara, nikel, timah, emas, dan lain sebagainya.

“Dan bapak presiden sudah memutuskan melarang ekspor barang mentah ke luar negeri. Ini menjadi peluang bagi anak bangsa, termasuk PPAD,” katanya.

Jika PPAD bergerak dengan semua potensi yang dimilikinya, bukan tidak mungkin dalam waktu empat-lima tahun ke depan, purnawirawan akan punya andil besar dalam kemajuan bangsa Indonesia.

Selain mineral, kata Doni, Indonesia juga kaya raya rempah-rempah. VOC adalah monumen sejarah yang nyata. Ia kaya raya karena rempah-rempah dari Nusantara. Bahkan pernah satu masa, harga satu kilogram pala sama dengan harga 1 kilogram emas. Bukti nyata adalah Pulau Run di Kepulauan Banda (Maluku) yang menjadi ajang rebutan Inggris dan Belanda.

Mati-matian Belanda dan Inggris berperang untuk menguasai perdagangan dunia. Terhitung dari tahun 1652-1654 perang pertama dilakukan dan perang kedua dimulai dari tahun 1665. Hingga akhirnya pada 31 Juli 1667, Traktat Breda dikeluarkan untuk memberi solusi damai dari perang-perang tersebut.

Salah satu isi dari Traktat Breda adalah Inggris harus mengakhiri kekuasaan mereka di Pulau Run, Kepulaun Banda, dan menyerahkan kepada Belanda. Sebagai gantinya, koloni Belanda, yakni Nieuw Amsterdam di Amerika Utara (kini Manhattan, New York) diserahkan ke Inggris.

“Bapak-ibu tahu, Manhattan kini salah satu kota megah dan kaya raya di Amerika Serikat, sementara Pulau Run begitu-begitu saja,” ujar Doni prihatin.

Belum lagi di bidang kayu. Indonesia sebenarnya penghasil kayu terbesr di dunia, karena punya hutan tropis yang sangat besar, sangat variatif, ada begitu banyak jenis kayu yang punya nilai ekonokmi tinggi. Kayu-kayu yang mahal harganya itu antara lain ulin, merbau, meranti, ebony, bitti, dan lain-lain. Sebagian jenis kayu itu nyaris punah. Antara lain ebony.

Untuk kayu jangka pendek, ada jabon, sengon, yang tumbuh singkat dan bisa panen dalam waktu lima sampai enam tahun. “Cukup sudah kita ‘dijajah’. Tahun 70-an kita ‘dijajah’ Volvo, sekarang ‘dijajah’ Ikea. Ligna sudah nggak tahu di mana.

Kita tak bisa tinggal diam. Pemerintah dan dunia usaha harus mendapat dukungan dari purnawirawan, supaya kita bisa Bersatu meningkatkan ekonomi masyarakat,” tandas Doni.

Apakah hanya itu? Tidak, jawab Doni. Masih banyak lagi. Ada juga sektor perikanan yang luar biasa. Indonesia punya potensi ikan tangkap sebanyak 12,6 juta ton setiap tahun. Kalau harga 1 kilogram ikan sama dengan 1 dollar AS, maka ada potensi sebesar 12,6 miliar dollar AS.

Sementara, tidak semua jenis ikan hanya berharga 1 dolar per kg, tapi lebih mahal. Misalnya ikan tuna yang bisa belasan bakan puluhan dollar per kilogram.

Untuk itu kita harus gunakan teknologi, agar nelayan kita tahu di mana menangkap ikan, bukan di mana mencari ikan.

Dengan teknologi, memungkinkan nelayan lebih produktif. Meski kasus pencurian ikan oleh kapal asing relatif menurun, tetapi ia tidak menutup mata, bahwa kasus itu masih terjadi di belahan laut Indonesia.

Pendek kata, Doni mengajak segenap anggota PPAD untuk bekerja menciptakan peluang-peluang baru. Purnawirawan yang mampu menciptakan lapangan kerja, sejatinya adalah juga seorang pahlawan. 

*Catatan: Egy Massadiah, Ketua Yayasan Kita Jaga Alam dan juga Wartawan Senior

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini