LEMBAH Tidar adalah “rumah” kedua perwira TNI, khususnya TNI-AD. Itu artinya, ketika rombongan PPAD Pusat mengagendakan kunjungan ke kebun pertanian milik Letjen TNI Purn Bibit Waluyo di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, serasa “pulang kampung”.
Nama Letjen TNI Purn Bibit Waluyo sendiri, bagi kebanyakan juniornya di TNI-AD, adalah “legend”. Sepak terjangnya di Timor Timur, misalnya, menginspirasi setiap prajurit Sapta Marga.
Akan tetapi bukan itu alasan Ketua Umum DPP PPAD, Letjen TNI Purn Dr (HC) Doni Monardo dan rombongan berkunjung ke area pertanian Bibit Waluyo, Kamis (17/2/2022).
Doni dan rombongan ingin melihat dari dekat, kebun pertanian serta objek wisata Senjakala Village milik mantan Gubernur Jawa Tengah, yang berlokasi di Jl. Banyuwangi, Dusun Mendak Selatan, Desa Banyuwangi, Kecamatan Bandongan, Magelang, itu.
Ini adalah rangkaian kunjungan PPAD sekaligus sosialisasi program “politik kesejahteraan” yang digulirkan Ketua Umum PPAD 2021 – 2026.
Bibit Waluyo adalah “benchmark” bagi para purnawirawan yang tetap aktif berkarya dan berkiprah untuk bangsa dan negaranya, melalui sektor pertanian dan pariwisata.
Menempuh perjalanan darat kurang lebih dua jam dari Semarang, rombongan berhenti di ujung jalan, dan berganti bus yang lebih kecil. Dari pusat Kota Magelang, perlu waktu sekitar 10 menit untuk tiba di Senjakala Village.
Bibit Waluyo dan istri serta para karyawan Senjakala Village serta pengurus dan anggota Hipakad (Himpunan Putra Putri TNI Angkatan Darat) sudah berdiri berjajar menyambut kedatangan Doni Monardo dan rombongan.
Sebelum memasuki aula tempat beracara, Bibit mempersilakan Doni menanam pohon matoa yang telah ia siapkan, di halaman depan Senjakala Village.
Bibit Waluyo rupanya paham benar kegemaran Doni menanam pohon.
Sebelum menanam pohon, Doni masih sempat menyinggung sedikit tentang matoa.
"Bapak tahu tidak, ini matoa jenis apa?" kata Doni kepada Bibit Waluyo.
Doni lantas menyebutkan, bahwa ada tiga jenis matoa yang dibedakan berdasar kulit buahnya.
Ketiga jenis matoa itu matoa kulit merah (Emme Bhanggahe), matoa kulit hijau (Emme Anokhong), dan matoa kulit kuning (Emme Khabhelaw).