Yang tidak terduga kemudian adalah permainan “bingo”, tebak-tebakan seputar “Pak Yuri pakai baju batik apa hari ini”. Sejumlah wartawan bahkan ikut-ikutan dalam permainan ini.
Terang sudah, audiens berkenan dengan acara press conference Yuri. Bahkan ada peningkatan jumlah audiens yang menyaksikan penampilannya. Termasuk para policy maker yang ingin meng-up-date angka atau data terakhir.
Ketika gimmick marak seputar “motif batik apa yang dikenakan Yuri hari ini”, disusul gimmick-gimmick lain. Misal permainan “bingo kata-kata”. Jika Anda rajin menonton Yuri, tentu termasuk yang memperhatikan beberapa kata yang sangat sering diucapkan Yuri. Misal, “oleh karena itu”, “adalah”. “maka dari itu”. “kita yakin kita bisa”, serta logat Jawa yang medok.
Anak-anak muda bahkan membuat semacam figurin, mainan anak-anak menyerupai tokoh Wolverine, figur-figur superhero, tapi dengan sosok Yuri. Mereka lalu men-dubbing ala logat bicara Yuri.
Keinginan Anak Disabilitas
Pendek kalimat, nama Yuri langsung ngetop. Beberapa orang, diketahui khusus datang ke Graha BNPB untuk melihat penampilan Yuri secara langsung. Bahkan ada satu ibu-ibu datang meminta izin ke Arie untuk diperkenankan mengabulkan permohonan anaknya yang penyandang disabilitas, yang ingin bisa berfoto bareng Yuri.
Arie mengabulkan. Sebab, Yuri adalah sosok yang humanis. Tidak mungkin keputusannya, bertentangan dengan keputusan Yuri. Maka, esoknya pun terjadi pemandangan yang sangat mengharukan. Usai jumpa pers, seorang anak disabilitas terkabul ke-inginannya berfoto bersama Yuri.
Satu lagi peristiwa yang mirip, tetapi sedikit berbeda kisahnya. Tersebutlah seorang anggota tim transkrip. Karena kebijakan work from home (WFH), maka dia mengerjakan tugas transkrip materi Yuri dari rumah. Syahdan, ketika era Gugus Tugas berakhir, maka berakhir pula tugas Yuri sebagai jubir yang setiap hari “manggung”.
Staf transkrip ini menyampaikan perasaannya yang sangat sedih. Bukan karena pekerjaan mentranskrip sudah selesai, tapi karena selama Maret hingga Juli mentranskrip keterangan pers Yuri, ada satu keinginan terpendam yang belum tersampaikan, yakni ingin berfoto bareng Yuri.
Kisah itu akhirnya sampai ke telinga Yuri. Apa yang terjadi? Yuri menanyakan nama dan alamat petugas transkrip itu, dan segera meluncur ke rumahnya. Anda bisa bayangkan betapa bahagianya staf transkrip itu. Bukan saja bisa berfoto bersama Yuri, lebih dari itu, Yuri sendiri yang datang ke rumahnya.
Cerita yang kurang lebih mirip, terjadi juga di kediaman Yuri di kawasan Bogor. Khusus hari Sabtu dan Minggu, banyak anak-anak datang ke rumah Yuri dan nongkrong di depan rumahnya. Rupanya, mereka menunggu saat-saat Yuri keluar rumah dan melaukan aktvitas rutin di pagi hari, yakni menyiram bunga atau mencuci mobil. Saat itulah, mereka menghambur ke depan pagar dan meminta izin masuk dan berfoto. Yuri meladeninya dengan senyum ramah.
Di luar yang Anda ketahui, sosok Yuri, sejatinya juga seorang seniman. Ia melukis sendiri motif batik baju yang dikenakan. Termasuk motif burung elang, flora-fauna, dan motif-motif lain. Di rumahnya, juga berjajar koleksi patung karyanya.
Begitu lekat sosok Yuri di hati pemirsa TV, di hati masyarakat, tidak heran jika banyak yang “kehilangan” ketika acara rutin prescon Yuri hilang. “Hari Selasa tanggal 21 Juli 2020 adalah hari terakhir pak Yuri prescon, Rabu suasana sudah beda. Lalu tanggal 23 adalah Hari Anak Nasional. Nah, tanggal 24-nya kami bikin semacam farewell party. Sebelumnya, saya sudah minta izin untuk kasarnya membajak ruang presscon pada hari itu, untuk memberi kejutan bagi pak Yuri, dan pak Doni mempersilakan,” kata Arie.
Hari Jumat, 24 Juli 2020 sore, di jam biasa Yuri manggung, semua sudah siap di posisinya. Yuri pun hadir. Hari itu, terjadilah pemandangan yang luar biasa unik dan menarik. Pesta perpisahan dengan tema “Hari Anak Nasional”.