Usaha-usaha dan UMKM tadi, promosinya, ekspedisi dan ride hailing bisa lancar karena didukung layanan telekomunikasi broadband, pita lebar. Juga yang WFH, yang PJJ, tidak mungkin bisa terhubung tanpa layanan telekomunikasi.
Baca juga: Kenaikan Harga Elpiji Nonsubsidi Jadi Beban Pelaku UMKM Sektor Makanan dan Minuman
Secara nyata, layanan telekomunikasi makin menghidupkan ekonomi dan menolong bangsa untuk mulai hidup sejahtera. New normal muncul dalam bentuk yang tidak kita bayangkan sebelumnya yang justru bergerak dari kelas bawah, dengan pemasaran yang berkembang ke seluruh Nusantara, dan dunia.
Karnia Anissa, ibu dua anak yang juga menanggung ibunya yang uzur di Bekasi, merasa dunianya hancur ketika kena PHK begitu pandemi melanda, karena jenis pekerjaannya tidak bisa di-WFH-kan. Menyesal tidak berguna, ia memanfaatkan keahlian membuat bolen pisang, menawarkannya ke tetangga.
Tak sampai setengah tahun sejak PHK, pesanan datang bertubi, sehingga ia bisa mengajak orang dekatnya untuk membantu, selain bantuan ojek. “Jangan pesan mendadak untuk hari itu, harus beberapa hari sebelumnya,” ujarnya, menggambarkan betapa deras pesanan yang datang.
Kini, ketika pandemi meredup dan orang bisa bekerja lagi, Karnia tidak berniat kembali ke tempat kerja semula. Bisnis rumahannya sudah menghidupi keluarga, orang lain pun kecipratan lewat sedekah, zakat dan infaq yang tidak pernah dia lupakan.
Revolusi industri 4.0
Strateginya beda karena Indonesia tidak disibukkan bayar utang, cadangan devisa sangat cukup sehingga relatif mudah bagi kita untuk melakukan tranformasi dari ekonomi tradisional menjadi ekonomi digital. Tanpa beban masalah yang sampai mengharuskan presiden dan perdana menteri mundur.
Revolusi Industri 4.0 berbasis digitalisasi diterapkan di seluruh aspek. Rapor ekonomi digital Indonesia di akhir 2021 – sebagai efek pembangunan dan peningkatan mutu jaringan telekomunikasi – menurut Kementerian Keuangan April silam, mencapai Rp 1.049 triliun. Transaksi e-commerce Rp 401,25 triliun, sebanyak 1,73 miliar melalui jaringan telekomunikasi.
Baca juga: Kenaikan Harga Elpiji Nonsubsidi Jadi Beban Pelaku UMKM Sektor Makanan dan Minuman
Menurut Dirut Telkomsel, Hendri Mulya Syam, transaksi ekonomoi digital Indonesia tahun 2025 akan mencapai 124 miliar dolar AS atau Rp 1.780 triliun, yang pada tahun 2020 baru 44 miliar dollar AS (Rp 635 triliun). Menurut studi Google, Temasek dan Bain&Co, sebanyak 41,9 % transaksi digital Asia Tenggara berasal dari Indonesia.
Kehadiran jaringan berkualitas tinggi seperti 5G pun jadi syarat mutlak menyiapkan laju perekonomian jangka panjang. Infrastruktur fisik jalan, jembatan, pelabuhan atau bandara yang diperlukan di era Industri 3.0 tengah dibangun, di era Industri 4.0 dibutuhkan infrastruktur jaringan telekomunikasi berbasis internet dan brodband.
Ada dua elemen kunci bagi operator telekomunikasi menurut World Bank: pertama, menyiapkan infrastruktur digital (broadband tetap dan bergerak, kabel serat optik dan lain-lain) yang jadi tulang punggung ekonomi digital. Akses ke konektivitas digital harus universal, aman dan terjangkau.
Elemen kedua, melakukan inovasi digital dan kewirausahaan. Ini butuh dukungan regulasi pemerintah dan akses pembiayaan.
Elemen lainnya, layanan keuangan dan identifikasi digital, platform digital (e-commerce, e-government, dan sebagainya). Juga literasi penciptaan tenaga kerja terampil digital yang dapat dilakukan lewat kolaborasi.
Indonesia dapat menjauhi krisis yang tengah menghantui puluhan negara di dunia. Syaratnya, seluruh komponen masyarakat dan lembaga baik bisnis maupun non-bisnis saling berjalan bersama, bertransformasi digital. *
*) S Moch Hendrowijono adalah pengamat telekomunikasi dan mantan editor Harian Kompas