News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Bukan Perang Nuklir Tapi Pemanasan Global

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Agung Wibowo, Mahasiswa Master Universitas Multimedia Nusantara

Oleh: Agung Wibowo
Mahasiswa Master Universitas Multimedia Nusantara

TRIBUNNEWS.COM - Orang-orang sedang dan terus membicirakan topik hangat baru-baru ini.

Resesi, perang Ukraina-Rusia, kelangkaan pangan, dan digitalisasi.

Ada memang yang membahas tentang iklim, ya perubahan iklim, namun sepertinya tidak banyak.

Saya sampaikan beberapa hal.

Semenjak 100 tahun yang lalu suhu bumi naik sangat signifikan.

Di beberapa negara seperti India, kandungan karbondioksida telah mencapai level tertinggi. Bahkan di sana di beberapa kota metropolitannya, kadar karbondioksida, sudah di atas 405 bagian per juta (ppm).

Baca juga: Rusia Akan Pasok Bahan Bakar Nuklir ke Bangladesh

Anda bayangkan tahun 1960 kadar karbondioksida disana tidak lebih dari 100 ppm.

Sedang kenaikan air laut diperkirakan 1,5 meter di akhir abad ini. Artinya akan banyak pulau dan daratan yang akan tenggelam.

Di Jakarta, jika kita ke kampung teko, Cengkareng, tembok-tembok menjulang tinggi untuk menahan laju kenaikan air agar tidak masuk pemukiman.

Baru seminggu yang lalu di daerah Sawangan Depok terjadi hujan es.

Bukan es yang kecil-kecil, ukurannya bisa dua kali besar kelereng. Masyarakat ada yang panik ada yang takut.

Di Bogor terjadi longsor dan banjir bandang. Juga di beberapa daerah di sumatra Utara terjadi hal yang sama.

Suhu permukaan bumi menurut NASA naik 1.01 persen pertahun.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini