Kini 43 tahun kemudian terkuak krisis tak kalah hebat di elite kerajaan Saudi. Perebutan kekuasaan di antara keturunan bani Saud, yang sedikit banyak mengubah arah masa depan Arab Saudi.
Pemenangnya sementara ini sangat berkuasa: Pangeran Mohammad bin Salman atau yang popular disebut Pangeran MBS.
Dia putra Raja Salman bin Abdul Aziz, yang kini berusia lebih dari 80 tahun. Sekalipun ayahnya adalah raja, de facto kekuasaan Arab Saudi sudah di tangan Pangeran MBS.
Dalam laporannya di The Guardian, Anuj Chopra memulai ceritanya lewat kalimat-kalimat deskriptif, menggambarkan detik-detik ketika Pangeran Mohammad bin Nayef dilucuti di Istana Mekkah.
Saat itu 20 Juni 2017, dan sehari sebelumnya Pangeran Nayef masih berstatus putra mahkota, yang akan menggantikan Raja Salman jika mangkat.
Pangeran Nayef kala itu ditahan sepanjang malam. Saat fajar menyingsing, 20 Juni 2017, dia terhuyung-huyung keluar dari Istana Raja Saudi di Mekkah.
Pengawal pribadinya, yang selama ini mengikutiya ke mana-mana telah menghilang. Nayef diantarkan ke mobil yang menunggu, oleh pengawal baru.
Dia bebas untuk pergi, tetapi dia akan segera menemukan kebebasan tidak jauh berbeda dengan penahanan.
Saat mobilnya keluar dari gerbang istana, Pangeran Mohammed bin Nayef mengirim serangkaian pesan teks panik ke orang kepercayaannya.
"Berhati-hatilah! Jangan kembali!” dia menulis kepada penasihatnya yang paling tepercaya, yang diam-diam menyelinap keluar dari kerajaan beberapa minggu sebelumnya.
Ketika Nayef sampai di istananya sendiri di kota pesisir Jeddah beberapa jam kemudian, dia kembali menemukan penjaga baru yang menjaga properti itu.
Tahanan Rumah di Jeddah
Semakin jelas ia kini ditempatkan di bawah tahanan rumah.
“Semoga Tuhan membantu kita, dokter. Yang penting adalah Anda harus berhati-hati, dan dalam keadaan apa pun Anda tidak boleh kembali,” tulisnya kepada sang penasihat yang ia sangat percaya.