Maka saya membayangkan alangkah beruntungnya masyarakat Indonesia yang punya Dubes seperti Pak Hasrul Azwar. Penulis membayangkan, seandainya para pejabat kita di Indonesia seperti bapak Dubes ini tentulah keadilan dan kesejahtraan sosial yang diimpikan bersama sejak hari pertama pekik kemerdekaan akan segera terwujud.
Kembali ke soal pengalaman yang penulis dapat ketika membersamai Pak Dubes menjelajah dari Masjid ke Masjid di kota Rabat ini. Masyarakat Maroko ternyata punya tradisi yang unik. Selepas jamaah subuh mereka berkumpul ke depan membaca dan melafalkan satu hizb (setengah juz) secara bersama-sama.
Jika satu hizb dibaca setiap selesai jamaah subuh dan magrib itu berarti setiap bulan mereka khatam al-Quran. kareana al-Quran terdiri dari 60 hizb. Ini pelajaran penting yang bisa ditiru bersama di Indonesia. Selain itu, di luar dugaan ternyata kebanyakan jamaah memang sudah hafal al-Quran.
Menurut pak Dubes, empat puluh persen masyarakat Maroko itu hafal al-Quran, dan itu penulis buktikan sendiri, jamaah tua-muda sudah begitu lancar dan fasih ketika membaca hizb demi hizb itu pada semua Masjid. Atas fenomena ini Pak Dubes lalu menyimpulkan; nuzila Qur'an fi hijaz, quria fi masri wa khufidlo fi Maroko (Alquran diturunkan di Hijaz, dikaji di Mesir dan dijaga di Maroko)
Oh iya, penduduk daerah Maroko mayoritas bermadzhab Maliki, maka tidak aneh jika Qiraah dan Rasm Mushaf yang mereka pakai adalah riwayat Imam Warsy dari Imam Nafi', Imam Qiraah di Madinah Al Munawwarah. Imam Malik radhiyallahu 'anhu juga membaca dengan riwayat Imam Nafi' ini. Jadi tidak mengherankan bacaan dan tulisan qur"annya agak berbeda dengan di Indonesia yang menggunakan qiroat "Asim, riwayat Hafs. Wallahu'alam Bishawab.
*Penulis adalah Alumni Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri; Alumni Universitas Al-Azhar, Mesir, Dept. Theology and Philosophy; Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia, Dept. Politic and Strategy; Alumni Universiti Malaya, Dept. International Strategic and Defence Studies; Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon; Wakil Ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia); Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2010-2015.