Mustafa Kemal Ataturk, Mazhab Kemalisme, dan Turkifikasi
Catatan Perjalanan KH. Imam Jazuli, Lc. MA *
TRIBUNNEWS.COM - Siapa yang tidak kenal Mustafa Kemal Pasha, seorang sekularis pendiri Turki modern, sekaligus penghapus Kekaisaran Ottoman. Seorang kelahiran Salonica Vilayet, tahun 1881, yang dianggap sebagai Bapak Bangsa Turki (Ataturk). Sejak itu ia dikenal sebagai Mustafa Kemal Ataturk.
Setiap kali kita mengenal tentang sejarah Turki, tentu tidak akan pernah lepas dari topik Kekaisaran Turki Usmani dan Mustafa Kemal Ataturk ini. Saking populernya sampai-sampai muncul mazhab Kemalisme, yaitu pemikiran politik, ekonomi, dan sosial yang dibangun di atas konsep dan perjuangan Mustafa Kemal Ataturk ini.
Ketika Mustafa Kemal Ataturk tampil sebagai Presiden dari tahun 1923 sampai 1938, Turki menjadi negara industri sekaligus sekuler. Kekaisaran Turki Usmani diubah olehnya menjadi Republik Turki. Tidak saja itu, seluruh warga Turki diwajibkan untuk menempuh pendidikan, yang digratiskan oleh pemerintah. Ribuan sekolah baru didirikan pada awal kepemimpinannya.
Di sekolah yang hukumnya wajib dan gratis ini, kaum perempuan mendapatkan hak-hak sipil dan politik, serta kesetaraannya dengan kaum lelaki. Di bidang intelektual, Mustafa Kemal Ataturk juga membuang jauh-jauh penulisan bahasa Turki yang semula menggunakan alfabet Hijaiyah, dan menggantinya dengan alfabet Latin.
Baca juga: Era Kebangkitan Turki Usmani dan Kejayaan Islam Global
Selain modernisasi, Mustafa Kemal juga mengenalkan program Turkifikasi. Suku-suku minoritas di Turki diperintahkan untuk berbahasa Turki di ruang publik, namun juga diizinkan mempertahankan bahasa ibu mereka. Nama-nama yang bukan berasal dari toponimi Turki diperintahkan untuk menggantinya dengan nama belakang yang berbau Turki. Di parlemen, Mustafa Kemal Ataturk menyebut dirinya sebagai Ataturk, yang berarti Bapak Turki.
Program penggantian nama belakang ini bertujuan untuk menekan orang-orang dari Suku Armenia, Yunani, dan Kurdi. Pemerintah pun tidak mau mendaftarkan nama-nama orang yang berakhiran dengan "yang, of, ef, vis, is, dis, poulos, aki, zde, shvili, madumu, veled, bin".
Semua nama yang berakhiran kata-kata tersebut harus diganti dengan berakhiran "-oğlu" (Lerna Ekmekcioglu, Improvising Turkishness: Being Armenian in post-Ottoman Istanbul (1918–1933), 2010: 169).
Turkifikasi ini sebenarnya memiliki nilai utama, yaitu untuk menyatukan bangsa Turki. Pada tahun 1930-an, muncul program yang disebut Vatandaş Türkçe konuş! (Warga Harus Berbahasa Turki). Progam ini sebenarnya dicetuskan oleh para mahasiswa Hukum, namun disponsori oleh pemerintah.
Program ini ditujukan untuk menekan orang-orang yang berbahasa non-Turki untuk berbicara dalam bahasa Turki (Hans-Lukas Kieser, ed., Turkey beyond nationalism: towards post-nationalist identities, 2006: 45).
Jejak perjuangan dan pemikiran Mustafa Kemal Ataturk mendapatkan perhargaan dari PBB dan UNESCO, dengan mendeklarasikan "The Ataturk Year in the World", Hari Ataturk Internasional. Tidak hanya itu, Hari Ataturk ini diadopsi ke dalam Resolution on the Atatürk Centennial, yang menggemparkan.
Resolution on the Atatürk Centennial ini menggambarkan bahwa Mustafa Kemal Ataturk adalah pemimpin pertama perjuangan melawan kolonialisme dan imperialisme, sekaigus promotor kesepahaman antar rakyat dan perdamaian antara bangsa di dunia.
Sepanjang hidupnya, menurut PBB dan UNESCO, Mustafa Kemal Ataturk mengabdi pada upaya pembangunan kehidupan yang harmonis dan kerjasama antara rakyat tanpa pembedaan (Jacob M. Landau, Atatürk and the Modernization of Turkey, 1984).
Baca juga: Tanzimat, Awal Mula Keruntuhan Turki Usmani