Sampai di sini, nasionalisme Recep Tayyip Erdogan adalah inti ajaran Islam tentang kebangsaan, yang kemudian mudah kita sebut dengan slogan “Hubbul Wathan minal Iman”.
Mencintai negeri adalah bagian dari Iman Islam. Untuk itulah, tuduhan bahwa Erdogan menjalin hubungan erat dengan Fethullah Gulen maupun Gerakan Gulen tidak sepenuhnya benar dan tidak sepenuhnya salah.
Gulen dan Erdogan sama-sama mencintai negara mereka, Turki; membangkitkannya dari keterpurukan dibanding negara-negara Eropa.
Hanya saja, gerakan Gulen terlalu vulgar dalam mengusung semangat Islamismenya. Berbeda dengan Erdogan.
Semangat Islamisme dibungkus dengan nuansa Nasionalisme. Semua kebijakan Erdogan atas nama kepentingan nasional. Sementara di sisi lain, mencintai negara adalah ajaran Islam itu sendiri.[]
*Penulis adalah Alumni Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri; Alumni Universitas Al-Azhar, Mesir, Dept. Theology and Philosophy; Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia, Dept. Politic and Strategy; Alumni Universiti Malaya, Dept. International Strategic and Defence Studies; Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon; Wakil Ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia); Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2010-2015.*