Oleh Moch S Hendrowijono*)
EVOLUSI pemanfaatan teknologi telekomunikasi dari voice dan SMS ke digital membawa internet sebagai platform baru untuk mengakomdasikan seluruh kebutuhan manusia. Di rumah-rumah, pemakaian internet tumbuh sangat signifikan, membuat anggota keluarga melakukan kegiatan sendiri-sendiri di gadget-nya, sekaligus meninggalkan televisi dan maupun peralatan audio video lainnya.
Hal serupa terjadi pula di sektor korporasi. Kekompleksan proses bisnis di sebuah perusahaan sama meningkatnya dengan layanan internet rumahan. Terutama di sisi produksi maupun layanan pelanggan.
Kompleksitas integrasi menggunakan jaringan telekomunikasi ini tidak cukup hanya mengandalkan seluler. Semakin kompleks unit-unit yang terintegrasi semakin membutuhkan kolaborasi antara jaringan tetap dan mobile broadband. Di sisi lain, bila setiap unit layanan diakomodir oleh masing-masing jaringan selain tidak efektif, berbiaya besar, juga tidak menyenangkan bagi konsumen. Padahal napas yang digulirkan operator justru berbasis pada consumer centric.
Baca juga: Pekerja menara BTS Telkomsel di Papua telah dibebaskan dari penyanderaan
Konsep peggabungan antara fixed dan mobile broadband itulah yang diusung oleh Fixed Mobile Convergence (FMC) dan Fixed Broadband (FBB). Teknologi FMC dengan jaminan broadband yang terus meningkat memungkinkan sebuah layanan komunikasi yang selalu tersedia bagi pelanggan yang melakukan aktivitas bergerak maupun tetap (di rumah maupun di tempat kerja).
FMC hadir karena keterbatasan dari sisi coverage. Sudah banyak perusahaan yang mengadopsinya dalam sistem mereka. Terutama dalam hal menjalankan proses bisnis yang membutuhkan interaksi terus-menerus dan intensif. Bahkan juga dipakai untuk relasi kepada konsumennya. Mudahnya, ketika pelanggan membutuhkan layanan sewaktu-waktu, perusahaan dengan cepat, real time maupun on time dapat membantu persoalan mereka.
Perusahaan dapat menangani di mana pun karena tesambung melalui FMC. Dengan demikian tidak perlu menunda waktu yang bisa berakibat pada kredibilitas.
Efisiensi biaya
Harapan industri telekomunikasi yang dalam beberapa tahun belakangan menurun terus, tampaknya akan tertolong oleh kehadiran FMC. FMC ibarat kendaraan baru untuk melaju demi meraih pendapatan baru. FMC membutuhkan peran besar operator telekomunikasi bersama koleganya untuk berkembang, sementara aju pertumbuhan yang sebesar 15 persen masih dirasa kurang dan berpotensi meningkat.
Satu-satunya operator yang telah mengincar perubahan sekaligus melihat peluang di depan adalah XL Axiata. Sejak dua tahun silam operator di bawah bendera Axiata Group ini telah “bermain” serius, yang kemudian menawarkan program bertajuk XL Satu mendahului operator lainnya.
Menurut Presdir dan CEO XL Axiata, Dian Siswarini, layanan konvergensi XL Satu ini langsung memperoleh perhatian masyarakat. Bisa dimaklumi, sebab, hadirnya FMC memungkinkan manfaat yang lebih efisien bagi pelanggan dengan tarif sesuai kebutuhan.
XL Axiata serius meningkatkan konvergensi menjadi motor penggerak perusahaan untuk beberapa tahun ke depan. Kolaborasi dengan LinkNet sejak setahun silam membuahkan peningkatan permintaan.
Baca juga: IOH Beberkan Manfaat Integrasi Jaringan Indosat-Tri dan Perluasan 5G di 2023
LinkNet yang dikenal dengan brand produk First Media, setelah menjadi pemimpin pasar home broadband internet, kini melakukan transformasi ke pengembangan jaringan fixed line sebagai fiber co. Dengan begitu, LinkNet memaksimalkan pemanfaatan jaringannya untuk kebutuhan yang lebih besar, meningkatkan kapasitas dan kualitas, dengan tetap mengutamakan efisiensi biaya.
Sedangkan XL Axiata yang memiliki lebih banyak pelanggan dan menguasai distribusi pasar massal akan memanfaatkan akses jaringan broadband milik LinkNet.
Sehingga penetrasi layanan konvergensi seperti yang selama ini dilakukan lewat paket XL Satu semakin terbuka, khususnya ke pasar rumahan.
Kedua entitas ini menjalankan peran bisnis masing-masing namun saling terintegrasi.