News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Mengenal Sosok Sri Yuliana, Kader Kesehatan Pengabdi Masyarakat Desa Kluwut

Editor: Content Writer
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Salah satu warga desa Kluwut bernama Sri Yuliana tergerak untuk aktif terlibat sebagai kader Tim Pendamping Keluarga (TPK) dalam percepatan penurunan stunting.

Oleh Ahmad Syaiful Bahri

Koordinator ECED Tanoto Foundation Brebes – Tegal

Kabupaten Brebes merupakan wilayah kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah, berbatasan langsung dengan Kabupaten Cirebon yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Brebes juga merupakan salah satu penghasil ikan laut, tepatnya di Desa Kluwut Kecamatan Bulakamba, di sana berdiri gagah Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan juga pusat pasar ikan laut segar. Nelayan yang baru saja melaut, langsung menurunkan ikannya di pasar tersebut.

Meskipun hasil ikan laut melimpah, angka stunting di Desa Kluwut cukup tinggi, berdasarkan data dari Siti Kholisoh, staf gizi Puskesmas Kluwut yang biasa mendata bayi dua tahun (baduta) stunting, hasil penimbangan serentak Februari 2023 lalu bahwa angka stunting di Desa Kluwut masih mencapai angka 24,35 persen.

“Masih cukup tinggi,” ujar Kholisoh.

Melihat kondisi desa Kluwut dengan angka stunting yang tinggi, salah satu warga desa Kluwut bernama Sri Yuliana tergerak untuk aktif terlibat sebagai kader Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang membantu Puskesmas Kluwut dan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Keluarga Berencana (KB) Kecamatan Bulakamba dalam percepatan penurunan stunting. “Merasa terpanggil dengan kondisi keadaan desa saya pak,” ujarnya ketika diwawancarai.

Bersama kader lainnya, Sri, panggilan akrabnya mengajak masyarakat untuk bersama-sama mencegah stunting, terutama dari 1000 hari pertama kehidupan (HPK), apa saja yang harus dilakukan. Salah satu pengabdian yang Sri lakukan adalah ketika mengantarkan seorang ibu paruh baya yang sedang hamil ke Puskesmas Kluwut. Dengan sepeda motornya, Sri membawa ibu hamil tersebut ke Puskesmas, dan menemani dari proses pemeriksaan kehamilan seperti mengecek tensi dan darah, hingga konsultasi dengan dokter.

Usut punya usut, ternyata ibu yang dibonceng tadi adalah seorang ibu hamil KEK atau mengalami Kekurangan Energi Kronis.

KEK adalah kondisi kekurangan kalori dan protein yang berlangsung lama (beberapa bulan atau tahun). Seseorang dikatakan berisiko KEK apabila ukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA) kurang dari 23,5 cm. Remaja putri, wanita usia subur, dan ibu hamil yang mengalami KEK akan berisiko melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).

Kekurangan gizi dapat disebabkan oleh minimnya asupan gizi (makro atau mikro nutrien, secara kualitas dan kuantitas, juga asupan makanan yang kurang beragam), gangguan penyerapan zat gizi, kurangnya perawatan kesehatan, serta masalah kebersihan air dan lingkungan. Calon ibu yang mengalami KEK akan mengalami penurunan daya tahan tubuh dan mudah terserang penyakit. KEK juga merupakan salah satu faktor risiko terjadinya anemia pada ibu hamil.

Kisah di atas merupakan sepenggal cerita pengabdian Sri bagi desa tercinta, yang sudah digelutinya selama hampir 13 tahun, mulai dari menjadi kader posyandu, kader KB, kader Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA), kader Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), hingga kini ia aktif sebagai kader TPK.

“Saya niatkan ibadah, karena kalau tidak diniatkan ibadah maka akan cepat bosan, ujungnya berhenti,” ucapnya. 

Sri bercerita, sejak tahun 2010 ia sering ditunjuk sebagai perwakilan desa untuk mengikuti pelatihan di Kabupaten. Sri juga tidak tahu kenapa ia yang harus dipilih, bukan yang lain. Ia sudah mengikuti pelatihan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD), pelatihan kader posyandu, hingga ditunjuk menjadi peserta pelatihan PMBA tingkat Kabupaten Brebes.

“Mungkin karena awalnya saya pernah dapat juara pertama kader, dan dari situlah saya sering ditunjuk untuk perwakilan acara demi acara, ya lintas sektor gitu,” katanya.

Meski hanya lulusan Sekolah Dasar (SD), Sri tetap percaya diri untuk terus mengabdikan diri pada desa kelahirannya. Awalnya memang ada perasaan minder, namun Sri mengalahkannya dengan tekad belajar yang kuat. Baginya, tidak ada kata terlambat. Selagi ada kemauan,semua ilmu bisa dipelajari.

“Kepercayaan diri itu muncul karena terus dipupuk, rasa semangat juga timbul karena didukung oleh kader lainnya, terutama ibu Kholisoh yang memberikan kepercayaan penuh kepada saya,” bebernya.

Setelah isu stunting ramai di desanya, kini ia juga aktif menjadi kader TPK yang bertugas mendata keluarga beresiko stunting, hingga menjadi pengurus di Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Desa Kluwut.

Sri bersyukur desanya menjadi salah satu desa dampingan Tanoto Foundation untuk Program Percepatan Penurunan Stunting di Jawa Tengah. Desa Kluwut terpilih menjadi salah satu lokasi untuk program Rumah Anak SIGAP yang berfokus pada layanan pengasuhan anak usia 0-3 tahun.

“Program dari Tanoto Foundation sangat membantu sekali bagi kami di desa ini. Kami lebih percaya diri karena dilatih bicara di depan umum, membuat presentasi, hingga bagaimana memobilisasi warga untuk datang ke Rumah Anak SIGAP,” katanya.

Sebagai koordinator Rumah Anak SIGAP, ia mengaku bangga karena warganya mau datang berkunjung dan membawa anaknya ke Rumah Anak SIGAP.

Ia tidak lagi mau mendengar bahwa desa Kluwut merupakan desa miskin atau terbelakang. Dengan perjuangan yang gigih, Sri yakin angka stunting di desanya juga akan turun, asalkan semua pihak bersama-sama melakukan perubahan.

“Saya ingin melihat dan mendengar desa tercinta saya ini, desa Kluwut, tidak dipandang sebelah mata lagi,” katanya mengakhiri percakapan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini