J-3. Kembali ke orisinalitas cetak biru (blueprint) bangsa Nusantara sebagai pusat gravitasi (center of gravity) peradaban dunia. Bukan sekadar pinggiran atau periferinya.
J-4. Kembali ke tradisi dan karakter sesuai cetak biru bangsa Nusantara sebagai kiblat dunia (normsetter) atau penjuru dunia (trendsetter). Bukan sekadar peniru (copier) atau pembebek (follower) bangsa lain secara membabi buta.7
J-5. Kembali ke autentisitas paradigma berpikir (mindset) sebagai bangsa besar berperadaban tinggi yang memiliki pemikiran tidak biasa (out of the box) dan gagasan atau imajinasi di luar batas (beyond the limits).
J-6. Kembali ke kesejatian sifat dan karakter sebagai penerus dan pewaris DNA bangsa besar--Lemuria - Atlantis - Nusantara--yang visioner atau pandangan jauh ke depan.
J-7. Kembali ke kesejatian sifat dan karakter sebagai penerus dan pewaris DNA bangsa besar--Lemuria - Atlantis - Nusantara--yang gagah berani, pantang menyerah, dan gemar berpetualang mengarungi samudra/ menjelajah ruang angkasa. J-8. Kembali ke orisinalitas cetak biru (blueprint) sebagai bangsa maritim yang meyakini laut adalah masa depan dan di laut tersimpan harapan.
J-9. Kembali ke keagungan budaya Nusantara yang memiliki watak dan tradisi unik sebagai bangsa besar berperadaban tinggi yang sekuler-spiritualis. Artinya mampu melihat, mengenal, dan memahami Tuhan dengan banyak cara/ jalan. Agama salah satunya.
Sudah bukan rahasia kalau hari ini kita sudah tidak menjadi kita. Itulah kenapa kita harus segera "Kembali ke Nusantara". Sebelum semua menjadi terlambat. "Kembali ke Nusantara" artinya kembali menjadi diri sendiri sesuai jati diri. Kembali menjadi kita. Tidak lagi menjadi mereka. "Kembali ke Nusantara" artinya kembali ke prinsip dasar bangsa merdeka 100 persen: dari kita - oleh kita - untuk kita. "Kembali ke Nusantara" artinya kembali sesuai DNA atau cetak biru biru kita sebagai bangsa besar. Bangsa dengan pikiran-pikiran besar. Bangsa dengan gagasan gagasan besar. Bangsa dengan lompatan-lompatan besar.
"Trilogi Geopolitik Indonesia Abad ke-21" Lahirnya gagasan "Trilogi Geopolitik Indonesia Abad ke-21" disingkat TGIA-21 dipicu beberapa faktor. Pertama, pidato Bung Hatta yang monumental, berjudul "Mendayung di Antara
Dua Karang" di Yogyakarta tahun 1948. Kedua, perkembangan lingkungan strategis yang sangat fluktuatif dan penuh ketidakpastian.
Ketiga, kebijakan "Poros Maritim Dunia" yang sejatinya merupakan visi geopolitik Indonesia. Keempat, Indonesia adalah negara besar dengan segudang keunggulan komparatif. Kelima, sebagai penerus dan pewaris DNA bangsa besar, Indonesia perlu8 memainkan peran yang lebih dominan di panggung internasional.
Itulah sebabnya konsep TGIA-21 disusun sedemikian rupa dengan titik berat pada pembangunan kapasitas Indonesia sebagai penyeimbang (strategic balancer).
Oleh karena itu, postur Indonesia yang stabil secara politik, kuat secara ekonomi, dan tangguh secara militer menjadi keharusan.
Bukan pilihan.
Kebangkitan Cina yang terbukti mengusik status quo global dan sebaliknya selaku hegemon global Amerika Serikat terus berusaha mempertahankannya, mengharuskan Indonesia bangkit dan tampil ke garis depan untuk melakoni peran sebagai penyeimbang. Oleh karena itu, secara paralel Indonesia perlu segera melakukan konsolidasi internal untuk menciptakan stabilitas politik, meningkatkan pembangunan ekonomi, dan memperkuat otot militer.
Di sinilah konsep TGIA-21 guna menciptakan keseimbangan (dynamic equilibrium) dalam rangka menciptakan tata dunia
baru yang stabil, aman, dan sejahtera menjadi sangat penting dan imperatif. Gagasan TGIA-21 telah dan sedang kami tuangkan dalam tiga seri buku bertajuk "Trilogi Geopolitik Indonesia Abad ke-21".
Sesuai namanya, TGIA-21 terdiri dari tiga buku yang saling terkait, yaitu "Arungi Samudra bersama Sang Naga" (buku-1), "Indonesia Inc." (buku-2), dan "Songsong Badai bersama El Condor Pasa" (buku-3). Sebagai catatan, buku-1 dan buku-2 telah terbit dan beredar, sementara buku-3 masih dalam proses penyelesaian.
#saveindonesia
#kembalikenusantara
*) Tentang penulis:
Purnawirawan Pati TNI/ Ketua Wanhat "Madyantara Ring
Majapahit"/ Anggota Wanhat DPD IKAL Jatim/ Anggota IKAL
Strategic Center/ Eks Chairman IDSR/ Alumnus Seskoau 1998/
Alumnus Sesko TNI 2003/ Alumnus US Naval War College
2009/ Alumnus GCMC US Eurocom, Germany 2011/ Alumnus
PPSA XX/2015 Lemhannas RI.