News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Makna Direbutnya Kota Avdeevka dari Tangan Pasukan Ukraina

Editor: Setya Krisna Sumarga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sebuah tank Ukraina menembaki sasaran untuk mendukung unit infanteri di garis depan di tengah perang Rusia-Ukraina di Avdiivka, Oblast Donetsk, Ukraina pada 17 April 2023.

TRIBUNNEWS.COM, YOGYA – Panglima Militer Ukraina Jenderal Alexander Syrskyi mengumumkan penarikan mundur pasukannya dari kota Avdeevka.

Keputusan ini juga disetujui Presiden Ukraina Volodimyr Zelensky yang tengah berada di Munich, Jerman akhir pekan ini.

Penarikan mundur pasukan Ukraina dari Avdeevka ini sebenarnya kata lain dari kemenangan pasukan Rusia memperluas zona aman bagi wilayah Donbass.

Kemenangan ini menjadi sangat strategis dan mengirim pesan sangat penting ke Kiev, terkait kemerosotan militer negara itu.

Di Konferensi Keamanan Munich, Zelensky mengritik kelambanan AS mengirimkan bantuan logistik maupun keuangan untuk mendukung perang Ukraina melawan Rusia.

Keterlambatan bantuan itu menyebabkan pasokan amunisi ke garis depan pertempuran di Avdeevka, juga terseok-seok, dan prajurit kehabisan peluru untuk melawan serbuan Rusia.

Karena itu keputusan penarikan mundur pasukan Ukraina dari Avdeevka bertujuan menyelamatkan nyawa tentara yang tersisa.

Konyolnya, Zelensky juga mengirim pesan akan menghabisi Presiden Rusia Vladimir Putin, di saat kekalahan total Ukraina ada di depan mata.

Baca juga: Setelah Mundur dari Avdiivka, Zelensky Desak Sekutu Kirim Senjata ke Ukraina

Baca juga: Putin Tuduh Pemerintah Ukraina Disusupi Nazi Anti-Rusia sejak Uni Soviet Runtuh

Konferensi Keamanan Munich secara faktual jadi panggung Ukraina dan kekuatan pendukungnya di barat untuk melanjutkan narasi permusuhan ke Rusia.

Narasi itu dikemukakan Ursula von der Leyen dari Komisi Uni Eropa. Leyen menjanjikan aset Rusia yang dibekukan barat akan digunakan untuk mendanai pengadaan senjata untuk Ukraina.

Mantan Ketua DPR AS, Nancy Pelosi menuduh Rusia merekrut banyak penduduknya dan dibayar untuk berperang ke Ukraina.

Senator AS Pete Ricketts di acara sama menyatakan dunia kini harus menghadapi poros kekuatan otoriter yang dipimpin Rusia, China, Korut, dan Iran.

Menteri Pertahanan Jerman Pistorius menegaskan Jerman akan tetap mendukung Ukraina dalam perang, dan memenangkan perang melawan Rusia.

Di Washington, Presiden AS Joe Biden menyalahkan politisi Republik yang belum meloloskan usulan pemberian bantuan ke Ukraina senilai 60 miliar dolar AS.

Kegagalan itu menyebabkan Ukraina harus kehilangan wilayah Avdeevka yang dipertahankan selama berbulan-bulan.

Avdeevka telah menjadi titik konflik terpanas dan paling strategis sejak 2014, ketika konflik antara milisi lokal dan pasukan Kiev meletus di wilayah Donbass menyusul penggulingan pemerintahan terpilih Ukraina yang didukung barat.

Pasukan Kiev selama bertahun-tahun telah menggunakan kota itu untuk menyerang daerah pemukiman di Donetsk, sekitar 20 kilometer ke arah selatan.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky (CL) dan Kolonel Jenderal Oleksandr Syrskyi (CR) mengunjungi pos komando tentara Ukraina di Kupiansk, wilayah Kharkiv pada 30 November 2023. (Handout / LAYANAN PERS PRESIDEN UKRAINIAN / AFP)

Anggota Kongres AS dari Partai Republik bersikeras rancangan undang-undang bantuan untuk Ukraina harus mencakup langkah-langkah mengatasi krisis imigrasi ilegal di AS.

“Partai Republik di DPR sudah sangat jelas sejak awal diskusi apa yang disebut undang-undang tambahan keamanan nasional harus mengakui keamanan nasional dimulai di perbatasan kita sendiri,” kata Ketua DPR AS Mike Johnson.

Pemerintahan Biden mengkonfirmasi pada Januari mereka telah kehabisan dana untuk Ukraina setelah menghabiskan $113 miliar paket bantuan yang telah disetujui sebelumnya.

Beberapa anggota parlemen Partai Republik berpendapat Presiden Joe Biden hanya memperpanjang pertumpahan darah di Ukraina.

Biden dinilai hanya membuang-buang dana pembayar pajak AS tanpa menawarkan strategi untuk mengakhiri konflik Rusia-Ukraina.

Lantas mengapa penguasaan Avdeevka menjadi sangat penting bagi Rusia? Apa maknanya bagi tujuan strategis Rusia menyerang Ukraina?

Juru bicara Kemenlu Rusia Maria Zakharova mengatakan keputusan mundur dari Avdeevka bukan seperti yang diklaim Zelensky, yaitu demi keselamatan prajuritnya.

"Tidak, bukan itu alasannya. Tapi karena Presiden (Zelensky) dan gengnya tahu cara bertarung hanya demi uang besar yang langsung masuk ke kantong mereka,” kata Zakharova menunjuk bantuan dana dari AS.

Kementerian Pertahanan Rusia membeberkan fakta lain tentang pertempuran di Avdeevka, satu di antara kota industri penting Ukraina.

Saat pasukan Rusia masuk, mereka menyaksikan sekira 1.500 tentara Ukraina tewas di berbagai lokasi. Saat mundur, pasukan sangat terburu-buru dan meninggalkan senjata dan semua peralatan.

Gerak maju signifikan pasukan Rusia ini telah menciptakan perimeter penting yang akan melindungi kota Donetsk dari tembakan artileri pasukan dan milisi Ukraina.

Penduduk sipil di wilayah Donbass yang bergabug ke Federasi Rusia itu akan terlindungi dari pengeboman yang berlangsung sejak 2014.

Terletak sekitar 20 kilometer dari Donetsk, Avdeevka telah dibentengi dan digunakan sebagai tempat melancarkan serangan artileri yang sangat merusak dan mematikan.

“Langkah-langkah diambil untuk sepenuhnya membersihkan kota dari militan,” kata Kemenhan Rusia. Pasukan khusus Rusia terus bergerak maju mengisolasi sisa tentara Ukraina di sebuah pabrik soda.

Setelah total menguasai Avdeevka, pasukan Rusia terus maju ke desa Lastochkino-Severnoye. Ofensif juga dilancarkan di front-front lain, semakin masuk ke wilayah Ukraina.

Di Moskow, Presiden Vladimir Putin memuji semua unit militer Rusia yang mengambil bagian dalam pertempuran untuk Avdeevka.

Putin menyebut pembebasan kota itu keberhasilan besar dan kemenangan penting. Pesan telegram dikirim Putin ke komandan lapangan pasukan Rusia Kolonel Jenderal Andrey Mordvichev.

“Untuk operasi militer yang luar biasa, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pasukan yang Anda pimpin, yang mengambil bagian dalam pertempuran untuk Avdeyevka,” tulis pemimpin Rusia itu.

Kekalahan Ukraina di Avdeevka telah diprediksi para pejabat di Washington dan jurnalis barat selama beberapa minggu terakhir.

Awal pekan ini, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby menyalahkan lepasnya kota tersebut karena berkurangnya bantuan barat.

Dalam penjelasannya kepada wartawan Pentagon, seorang pejabat pertahanan AS mengatakan situasi di Avdeevka akan segera terulang di banyak lokasi lain di sepanjang garis depan.

Pertahanan Ukraina kemungkinan akan runtuh, jika anggota parlemen AS tetap gagal memberikan persetujuan paket bantuan militer senilai $60 miliar untuk Kiev.

Peneliti militer dan isu internasional Andrey Kushkin mengatakan dua makna penting direbutnya Avdeevka bagi Rusia dan penduduk Donbass.

Pertama, sejak 2014 pasukan dan milisi bersenjata Ukraina menjadikan kota ini benteng pertahanan sekaligus titik ofensif artileri udara ke wilah Donetsk dan Lugansk.

Jarak 20 kilometer menjadikan artileri udara Ukraina mampu menjangkau titik-titik permukiman sipil di Donetsk, dan relatif tak bisa dibalas.

Kedua, penguasaan Avdeevka akan membuat pasukan Rusia jauh lebih mudah maju ke barat, mendorong pasukan Kiev mundur semakin menjauhi Donbass.

Ini akan semakin membuat jarak ke wilayah Donetsk semakin jauh, dan penduduk sipil di wilayah itu juga semakin aman di bawah perlindungan Federasi Rusia.

Bagi Ukraina, kekalahan di Avdeevka menjadi pukulan serius dan memalukan sekalipun Zelensky sudah mengganti panglima militer Ukraina, Jenderal Valey Zalushny.

Konflik Zelensky dan Zalushny selama berbulan-bulan terakhir menunjukkan perpecahan serius antara pemerintah dan militer.

Zelensky ngotot ingin pasukan Ukraina bertahan habis-habisan dari gempuran Rusia, diawali di Bakhmut.

Ia bahkan meminta pasukannya maju meter demi meter, guna membalikkan keadaan sejak serangan balik musim semi lalu.

Namun Zalushny bersikap realistis dengan situasi di lapangan, sikap kontradiktif dengan Zelensky, yang kemudian jadi pangka konflik keduanya.

Zalushny melihat merosotnya dukungan logistik ke garis depan, menjadikan tentara Ukraina seperti masuk ke penggilingan daging.

Korban berjatuhan demikian banyaknya, dan hasilnya meter demi meter wilayah yang dikuasai pasukan Ukraina semakin berkurang.

Kemenangan menjauh, dan Ukraina harus menghadapi kenyataan pasukan Rusia mendapatkan keunggulan demi keunggulan strategisnya.

Kekalahan Ukraina di berbagai front timur ini juga menjadikan dukungan barat nyaris tak ada artinya, kecuali memperpanjang konflik dan menimbulkan korban jiwa semakin banyak.

Presiden Putin dalam wawancara dengan Tucker Carlson menjelaskan ke audiens barat, tujuan operasi militer Rusia ke Ukraina tidak seperti yang diyakini AS dan NATO.

Rusia tidak bermaksud menguasai kembali Ukraina sepenuhnya, tapi mencegah Ukraina jadi halaman depan NATO yang bisa secara langsung mengancam keamanan Rusia.

Rusia juga tidak punya agenda menyerang Eropa, seperti narasi yang selama ini dipropagandakan negara-negara NATO.

Moskow hanya concern pada agresivitas dan bagaimana mengatasi persekusi yang dilakukan elemen-elemen neo-Nazi di Ukraina terhadap masyarakat penutur Rusia di Donbass.

Sebaliknya,, NATO secara faktual telah melanggar komitmennya untuk tidak ekspansi ke Eropa timur sesudah runtuhnya Uni Soviet.

Dalam konteks geopolitik Eropa, langkah NATO masuk sangat dalam ke Ukraina adalah langkah awal destabilisasi Rusia, dan Putin ingin mencegah hal itu terjadi.

Rusia hanya ingin Ukraina menjadi negara netral di Eropa, mengatasi eksisnya kelompok-kelompok neo-Nazi, dan hidup bertetangga dengan Rusia dan terutama wilayah Donbass.

Jika Ukraina mau menerima syarat-syarat ini, perang akan cepat berakhir. Masalahnya, Ukraina kini tak bisa lagi mengambil keputusan secara mandiri.

Semua tergantung AS yang menjadikan NATO sebagai alat politik hegemoni mereka di Eropa.(Setya Krisna Sumarga/Editor Senior Tribun Network)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini