Sementara itu, Tiongkok senantiasa menghadapi dan berani mengatasi masalah-masalah yang muncul dalam proses pengembangan ekonomi.
Solusi yang ditemukan Tiongkok adalah memperdalam lebih lanjut reformasi secara komprehensif, yang mana bukan hanya motivasi mendasar bagi Modernisasi Ala Tiongkok, melainkan juga kunci untuk mengatasi masalah yang dihadapi Tiongkok.
Sidang ini menandakan bahwa reformasi dan keterbukaan Tiongkok yang memasuki masa baru, serta langkah-langkah reformasi yang belum pernah ada sebelumnya dengan keteguhan tekad, perubahan mendalam, dan pengaruh besar.
Melalui reformasi sistem dan inovasi model perkembangan yang efektif, Tiongkok akan terus melepaskan vitalitas perekonomian yang lebih besar, dan pasti akan menyuntikkan lebih banyak daya penggerak Tiongkok untuk mempromosikan perkembangan global yang lebih kuat, inklusif, dan berkelanjutan.
Kedua, lebih banyak peluang untuk kerja sama
Satu kata kunci penting lainnya dari Sidang Pleno Ke-3 Komite Sentral Ke-20 PKT adalah “keterbukaan,” yang mana merupakan ciri khas menonjol dari Modernisasi Ala Tiongkok.
Reformasi dan keterbukaan saling melengkapi. Mendorong reformasi dan perkembangan melalui kerterbukaan adalah pengalaman dan praktik sukses Tiongkok.
Sidang ini memutuskan bahwa Tiongkok akan berpegang teguh pada pendorongan reformasi melalui keterbukaan berdasarkan pola yang sudah ada, terus mempromosikan liberalisasi dan kemudahan dalam perdagangan dan investasi, merangsang vitalitas pasar, mengoptimalkan lingkungan bisnis, serta meningkatkan kemampuan keterbukaan dalam proses perluasan kerjasama internasional, untuk membangun sistem baru ekonomi terbuka yang bertingkat lebih tinggi.
Dibandingkan dengan masa lalu, keterbukaan luar negeri Tiongkok ke depannya adalah “versi upgrade”, versi “Pro”, dan versi “Plus” dengan tingkat lebih tinggi, kualitas lebih baik, dan dampak lebih besar, yang mana akan mempermudah perdagangan dan investasi serta lebih mempromosikan kerja sama dan menang bersama berbagai negara di seluruh dunia.
Keterbukaan luar negeri Tiongkok bukanlah “pertunjukan monolog,” melainkan “paduan suara besar”; bukan untuk mengejar lingkup pengaruh, melainkan untuk mendukung perkembangan bersama berbagai negara; bukan untuk membangun “taman belakang” sendiri, melainkan untuk membangun “taman bunga” yang dimiliki semua negara
Saya yakin bahwa teman-teman Indonesia sudah merasakan manfaat besar dari keterbukaan Tiongkok terhadap perkembangan Indonesia.
Dalam 10 tahun terakhir, investasi Tiongkok di Indonesia terus meningkat sehingga Tiongkok menjadi sumber investasi asing terbesar kedua di Indonesia.
Nilai perdagangan antara kedua negara meningkat hampir tiga kali lipat dari 50 miliar dolar AS pada 2013 menjadi 139,4 miliar dolar AS pada 2023.
Melalui sinergi mendalam antara inisiatif “Belt and Road” dan strategi “Poros Maritim Global”, serta kerja sama dengan Tiongkok, Indonesia menjadi negara kedua di dunia yang memiliki kereta cepat dengan kecepatan 350 kilometer per jam.