Meskipun situasi dunia terus berubah, bahkan beberapa negara Barat telah menempuh jalan yang menentang perdagangan bebas dan mendukung proteksionisme serta anti-globalisasi, pintu keterbukaan Tiongkok tidak akan tertutup, malah semakin terbuka lebar.
Ketiga, lebih banyak peluang untuk perdamaian
Presiden Xi Jinping menegaskan bahwa Modernisasi Ala Tiongkok adalah modernisasi yang menempuh jalan pembangunan secara damai.
Saat ini, umat manusia berada di era yang penuh tantangan dan risiko. Unsur-unsur ketidakpastian dan ketidakstabilan internasional terus meningkat, Krisis Ukraina masih belum berakhir, perang di Jalur Gaza masih berkobar, dan sikap munafik dan standar ganda beberapa negara besar Barat telah tersingkap dalam urusan internasional.
Sebagai negara berkembang besar yang semakin penting, kebijakan luar negeri Tiongkok bersangkutan baik dengan Tiongkok sendiri maupun dengan seluruh dunia.
Meskipun lingkungan internasional kini terlihat kompleks dan suram, Tiongkok juga menghadapi tugas domestik yang sangat berat untuk melanjutkan reformasi dan pembangunan serta menjaga kestabilan, tetapi Tiongkok sangat menyadari bahwa perkembangan dirinya tidak dapat dipisahkan dari lingkungan internasional yang damai dan stabil, serta bersedia terus menjadi penjaga yang teguh terhadap tatanan internasional dan perdamaian.
Sidang Pleno Ke-3 Komite Sentral Ke-20 PKT secara tegas menyatakan bahwa “pekerjaan urusan luar negeri harus berpegang teguh dalam menjalankan kebijakan diplomasi damai dan mandiri, mendorong pembangunan Komunitas Senasib Sepenanggungan Umat Manusia, mempraktikkan nilai-nilai bersama seluruh umat manusia, melaksanakan Inisiatif Pembangunan Global, Inisiatif Keamanan Global, dan Inisiatif Peradaban Global, serta memprakarsai multipolaritas dunia yang setara dan tertib serta globalisasi ekonomi yang inklusif dan bermanfaat.”
Tiongkok mengucapkan demikian, dan juga melakukan demikian. Pada tanggal 23 Juli, dengan mediasi sukses Tiongkok, 14 faksi Palestina menandatangani “Deklarasi Beijing untuk Mengakhiri Perselisihan dan Meningkatkan Persatuan Nasional Palestina” di Beijing.
Ini bukan hanya langkah penting yang dilakukan Tiongkok secara teguh dalam mendukung perjuangan pembebasan nasional Palestina, melainkan juga bukti kuat lagi yang menunjukkan tanggung jawab negara besar Tiongkok serta komitmennya dalam mempertahankan keadilan internasional.
Singkatnya, Sidang Pleno Ke-3 Komite Sentral Ke-20 PKT kembali menyatakan kepada dunia bahwa reformasi dan keterbukaan Tiongkok bagaikan mobil yang tidak memiliki “gigi berhenti” dan tidak akan menghentikan langkah; juga tidak memiliki “gigi mundur” dan tidak akan melihat ke belakang; hanya mempunyai “gigi maju” yang bersifat stabil, serta “gigi menanjak” untuk mendaki bukti dan melewati rintangan.
Reformasi dan keterbukaan Tiongkok akan terus mewujudkan perkembangan dirinya dan memberikan kepada dunia semakin banyak kepastian damai dan stabil, serta energi positif untuk kerja sama dan perkembangan.
Tiongkok dan Indonesia adalah tetangga bersahabat, dan sama-sama merupakan negara berkembang dan emerging market baru yang penting.
Saat ini, Tiongkok bekerja sama dengan semakin banyak teman dan mitra termasuk Indonesia, untuk membangun Komunitas Senasib Sepenanggungan.
Tiongkok bersedia bersama dengan Indonesia untuk terus mengimplementasikan konsensus-konsensus yang telah dicapai oleh kedua kepala negara, memperkuat sinergi strategi pembangunan kedua negara, dan dengan teguh berupaya dalam mempromosikan perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di kedua negara, kawasan, maupun dunia, serta membangun Komunitas Senasib Sepenanggungan Umat Manusia.