Peringatan Darurat di Alam Maya dan Aksi Hebat di Dunia Nyata
Oleh: Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes
TRIBUNNEWS.COM - Sepanjang Rabu kemarin, 21 Agustus 2024, jagat maya heboh oleh trending foto Garuda Pancasila Putih dengan latar belakang biru yang viralnya sampai ke mancanegara.
Ini laksana siaran ulang pembacaan teks Proklamasi hari Jumat tanggal 17 Agustus 1945 yang dibacakan kembali oleh Sakti Alamsjah, Sam Amir & Darja di Radio Hoso Kyoku dan kemudian dipancarluaskan ke seluruh dunia melalui pemancar legendaris Radio Malabar di Gunung Puntang.
Peristiwa sebagaimana patriotisme para pejuang Indonesia 79 tahun silam inilah yang kemarin terulang kembali dengan tagar #PeringatanDarurat & #KawalKeputusanMK yang menjadi trending-topic secara global di media sosial X (Twitter) dan juga berbagai sarana sosial-media lainnya.
Didukung juga oleh akun-akun yang memiliki follower lumayan seperti Panji Pragiwaksono, Najwa Shihab, Wanda Hamidah dan sebagainya, gaung Garuda Pancasila putih berlatar belakang biru tersebut menjadi perbincangan yang menarik perhatian.
Tidak hanya netizen dalam negeri termasuk para alumnus BuzzerRp yang sudah insyaf sebagaimana sebagian tokoh diatas, media asing juga menuliskan fenomena "Peringatan Darurat" kemarin dan langsung mengkaitkannya dengan kemunduran demokrasi yang sudah benar-benar sampai pada titik nadir di Indonesia saat ini.
Bloomberg langsung mengkaitkan dengan polemik perubahan UU Pilkada akibat pembangkangan Baleg DPR-RI terhadap Mahkamah Konstitusi dan juga menyinggung soal warisan dinasti JkW.
Bloomberg dalam Laporan berjudul 'Court ruling deals blow to Jokowi's dynastic legacy in Indonesia' kemarin juga menyebut tuduhan nepotisme terhadap JkW telah ada sejak 2023 lalu, usai MK, dalam keputusan yang dipimpin oleh paman Usman menurunkan batasan usia minimum bagi calon presiden dan wakil presiden.
Sementara kantor berita Reuters juga mewartakan hal serupa dengan memuat respons JkW atas keputusan MK yang awalnya berpotensi menutup peluang bagi anak bungsunya, namun oleh DPR kembali karpet merah.
Suasana kemarin benar-benar mengingatkan kita kembali pada kondisi Indonesia sebelum Reformasi 1998 lalu, dimana saat itu masyarakat bersatu padu kompak menggulingkan Rezim Orde Baru dibawah Soeharto yg sudah berkuasa selama 32 tahun.
Baca juga: Peringatan Darurat Garuda Biru Viral di Media Sosial, Buruh dan Mahasiswa Geruduk DPR Besok
Patriotisme rakyat makin menguat dengan beredarnya kembali video-video bergenre analog horror yang dibuat seolah-olah masih zaman tempo doeloe dengan gaya film reel atau kaset video lama dengan resolusi rendah.
Video-video tersebut menampilkan gambar-gambar Soeharto, Petrus (penembak misterius), penculikan mahasiswa, penghilangan aktivis dan sebagainya.
Sebenarnya kemunculan "Peringatan Darurat" bergambar Garuda Pancasila Putih berlatar belakang biru tersebut bertujuan mengingatkan kembali bangsa ini untuk waspada dan mawas diri karena kondisi negara kembali sedang berada dalam kondisi tidak baik-baik saja sebagaimana di zaman Orde Baru dan Orde Lama.
Alhamdulillah, hari ini mahasiswa, dosen, profesor dan guru besar mulai bangkit kembali seperti dari kampus UI dan UNJ di Jakarta, ITB di Bandung, Masyarakat Yogyakarta juga kembali menyuarakan "Jogja Memanggil" hingga HMI, FMI dan organisasi massa bahkan partai.
Mereka akan melakukan unjuk aspirasinya di kota masing-masing, Gedung DPR-MPR dan Gedung KPU. Semua adalah wujud dari kecintaan dan kepedulian masyarakat terhadap situasi dan kondisi bangsa ini.
Sekali lagi jangan salahkan mereka yang menyuarakan kebenaran dan menolak segala akal muslihat (baca: kejahatan tersktuktur, masif dan sistematis yang terus-menerus dilakukan saat ini.
Tindakan culas alias tidak terpuji dengan membangkang dan mengakali Putusan MK No. 60/2024 yang seharusnya bersifat final dan mengikatlah yang menebar horor sekaligus teror sebenarnya di masyarakat.
Mereka bahagia diatas penderitaan rakyat Indonesia, tetapi InshaaAllah di atas langit masih ada langit, Gusti Allah SWT ora sare.
)* Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes - pemerhati telematika, multimedia, AI & OCB independen