Letkol Arm Didik Kurniawan, SIP
Dansatgas TMMD ke-121 Kodim 0805/Ngawi
ANGIN berhembus pelan, menerpa pepohonan jati yang kini meranggas. Kemarau terik menghadirkan panas, menyengat. Namun lelaki berbadan tegap, berpakaian loreng khas Tentara Nasional Indonesia (TNI) itu masih betah berdiri dengan sorot mata menyelidik.
Terik mentari kini tepat di ubun-ubun, panas menyengat seolah tidak dipedulikan. Keringat pun terlihat mengalir deras, membasahi baju loreng yang dipakai. Namun, kondisi itu tidak membuatnya bergeming.
Dia masih setia berdiri tepat di ujung jalanan itu. Sorot matanya menajam, mengitari tiap sudut, mencari titik-titik kesalahan yang bisa membuatnya ragu atas proyek besar itu. Namun seketika senyumnya mengembang, ketika dilihatnya pengerjaan pavingisasi jalan sepanjang 1.080 meter sesuai dengan yang dia prediksi.
Kini sorot tajam ini berubah, ada garis lengkung di wajahnya. Dan garis itu semakin menguat menjadi senyuman.
“Target jalan kini tinggal puluhan meter saja,” gumanya lirih nyaris tak terdengar. Ada kebanggaan muncul tetiba memenuhi setiap rongga di dadanya.
Kemudian lelaki dengan dua melati di pundak ini mempercepat langkahnya, mendekat ke Mbah Samingun.
“Istirahat Mbah, sampun (sudah) siang,” pintanya, sambil memiringkan tubuhnya sedikit ke depan, sebagai tanda hormat.
Mbah Samingun pun berdiri. Kini saling berhadapan, “Matur nuwun Pak Komandan sampun ndamel radosanipun sae. (Terima kasih Pak Komandan sudah membuat jalanan menjadi bagus),” ujarnya, serasa mengembangkan senyuman.
Mbah Samingun pun lantas bercerita, bagaimana kondisi warga saat musim penghujan. Angkutan hasil pertanian pun menjadi mahal.
“Ngangkut panenen ngih telas nyotro katah. Setunggal karung niku Rp5.000. Lha, panenan ngantos 300-an karung. Noo mboten Rp1,5 juta damel ngangkut panenan. Sampun diangkut, bade sadean ngih angel wong mboten saget ngangkut dateng njawi dusun, (Angkut panenan menghabiskan banyak uang. Satu karung habis Rp5.000. Padahal, penenan hingga 300-an karung. Apa tidak habis Rp1,5 juta sendiri hanya untuk mengangkut panenan. Sudah begitu tidak bisa langsung dijual karena tidak bisa mengangkut keluar dusun),” ceritanya.
“Semoga dengan jalan baru ini, petani di Dusun Ngasem mugi-mugi mboten kelangan nyotro damel (semoga tidak kehilangan uang buat) angkut hasil pertanian. Nek radosane sae kan (kalau jalannya bagus) tengkulak yang akan jemput hasil pertanian dengan datang ke sini,” kata Dansatgas meyakinkan Mbah Samingun.
Keduanya langsung tersenyum lebar, “Monggo (silahkan) istirahat,” ajak Dansatgas. Pada Mbah Samingun. “Ayo yang lain juga istirahat, ngopi-ngopi dulu,” ajaknya pada prajurit dan warga lain yang membantu pengerjaan pavingisasi jalan. Ajakan itu pun langsung disambut teriakan kompak, “Siap Komandan!!”.
Tanpa dikomando, para prajurit bersama warga lainya, berbaur, menyemut mendekat, mengitari pria yang menjabat Komandan Satuan Tugas (Dansatgas) TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) Reguler ke-121 Kodim 0805/Ngawi ini.