News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pangkostrad Mohamad Hasan dan Pangdam Jaya Rafael, Dua Jenderal Menulis Sejarah di Bibir Ciliwung

Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Di bibir Sungai Ciliwung, Cijantung Jakarta Timur, Minggu (25/8/2024) pagi dua jenderal duduk bersama. Mereka adalah Letnan Jenderal TNI Mohamad Hasan dan Mayor Jenderal TNI Rafael Granada Baay. Dua jenderal yang sama-sama memegang tongkat panglima.

Isinya, kronika pertempuran melawan Sekutu, demi mempertahankan kemerdekaan.

Tak sedikit pejuang yang gugur, baik secara gagah ataupun secara konyol. Tokoh pemuda dalam novel tersebut bernama "Farid".

Dalam sekuel lain, ada puisi Chairil Anwar berjudul “Karawang – Bekasi”.

Kutipannya antara lain: //Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi// tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.//…. Kenang, kenanglah kami// yang tinggal tulang-tulang diliputi debu// Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi.

Kali Ciliwung dan Kali Bekasi adalah dua sungai bertetangga, sama-sama bermuara di Teluk Jakarta.

Hulu Ciliwung ada di Gunung Gede, Bogor. Sementara hulu Kali Bekasi ada di Sirnajaya, Bogor.

Fakta, kedua sungai itu pernah sama-sama punya sejarah mengalirkan darah merah pejuang.

Tumpul Hati

Di Kali Bekasi dan Kali Ciliwung, berserak kenangan dan sejarah mulia.

Terlalu tumpul hati, jika membiarkan kedua sungai itu bertabur sampah.

Hasan dan Rafael pun memaknai syukuran kemerdekaan bangsa Indonesia melalui aksi peduli terhadap alam, di antaranya sungai sebagai simbol peradaban yang harus dijaga kelestariannya.

Hasan, Rafael beserta staf, prajurit, serta elemen masyarakat pecinta alam lain pun melakukan aksi penanaman pohon di bantaran Sungai Ciliwung.

Di samping, aksi bersih-bersih sampah yang dilakukan di Ciliwung ruas Cijantung, Kelurahan Gedong, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur.

Hajat hari ini, tentu bukan yang pertama kali membersihkan Ciliwung.

Ini merupakan kelanjutan, berulang ulang, sejak mereka masih berpangkat perwira pertama bertugas di Kopassus.

Selain Hasan dan Rafael, hadir pula jajaran teras Kostrad dan Kodam Jaya, termasuk Kasdam Jaya Brigjen TNI Tatang Subarna, yang juga Angkatan 93 ditemani Danrem Wijayakarta Brigjen Riyanto SIP.

Koordinator kegiatan lapangan dipimpin Eko Wiwid Arengga dari Perkumpulan RIMBA (Relawan Indonesia Pembela Alam) dibantu warga sekitar Ciliwung.

Hadir juga komunitas-komunitas di antaranya Volunteers Gunung Gede Pangrango, Yayasan Konservasi Indonesia, Komunitas Ciliwung Depok, Komunitas Ciliwung Condet, Ciliwung Muara Bersama, Jejak Anak, Mapala (Mahasiswa Pencinta Alam), Sispala (Siswa Pencinta Alam), dan komunitas lain.

Jembatan Gantung

Menurut Pangdam Jaya Rafael, semua kegiatan adalah simbol yang sarat makna.

“Pengibaran bendera merah putih dan doa bersama adalah simbol semangat kemerdekaan bangsa Indonesia. Doa bersama dan pemotongan tumpeng adalah simbol rasa syukur atas kemerdekaan bangsa Indonesia,” katanya.

Pangkostrad Hasan menambahkan, aksi tanam pohon buah-buahan adalah simbol menjaga keseimbangan ekosistem dan ketahanan pangan.

Sementara, bersih-bersih sampah sungai adalah simbol menjaga kelestarian air sebagai sumber kehidupan.

Simbol lain adalah bentang jembatan gantung sepanjang 60 meter, sebagai penanda kesinambungan program pelestarian lingkungan, terutama sungai sebagai sumber kehidupan dan sumber peradaban bangsa.

Jembatan itu dibangun pada tahun 2023 oleh Kolonel Inf Tri Aji selaku Aster Kasdam Jaya, atas perintah Pangdam Jaya (ketika itu) Mayjen TNI Mohamad Hasan.

Saat ini Kolonel Tri Aji adalah Pabandya Mabesad.

“Rangkaian kegiatan diakhiri ngopi bareng, yakni simbol kebersamaan antara TNI dengan rakyat,” kata Hasan sambil tertawa.

Rafael menambahkan, bahwa warisan sejarah yang baik harus dilanjutkan. Termasuk warisan “kita jaga alam, alam jaga kita”.

“Menjaga alam itu seperti dzikir yang harus dilakukan berulang-ulang, berkali-kali, untuk jangka waktu terus-menerus sepanjang hayat masih dikandung badan,” tegas Rafael yang diiyakan Hasan.

Sekilas RIMBA

Dalam rangka “dzikir lingkungan” itulah, Hasan mendirikan RIMBA (Relawan Indonesia Pembela Alam).

“Pembentukan RIMBA adalah jawaban atas kegelisahan para relawan. Saya dirikan hampir bersamaan dengan Program Citarum Harum yang digagas Pak Doni Monardo semasa menjabat Pangdam III/Siliwangi,” ujarnya.

Ketika itu, 2018, Hasan berpangkat Kolonel dan menjabat Danrem 061/Suryakencana.

Ia mendirikan RIMBA berbarengan dengan proses revitalisasi Talaga Saat Titik Nol KM Ciliwung, sebuah program penanggulangan kerusakan lingkungan.

RIMBA berada di Jawa Barat (Bogor, Cianjur, Sukabumi, Depok dan Jakarta). Kehadiran RIMBA di tengah-tengan masyarakat didasari adanya kegelisahan-kegelisahan para relawan dari berbagai latar belakang.

RIMBA juga termotivasi oleh semangat bersama untuk pengabdian kepada alam dan kemanusiaan.

Hasan mengisahkan, gagasan membuat RIMBA berawal dari pertemuan para sukarelawan di momentum kegiatan-kegiatan lingkungan hidup.

Dari pertemuan-pertemuan itulah tercetus perlu wadah bersama agar terjalin komunikasi dengan baik untuk misi kemanusiaan dan upaya-upaya penyelamatan alam di berbagai tempat.

RIMBA saat ini menjadi komunitas atau organisasi kaderisasi kepemudaan yang mengusung pengabdian kepada bangsa dan negara dalam upaya misi kemanusiaan dan Lingkungan hidup di Indonesia.

Oleh teman-teman kemudian Hasan dinobatkan jadi Bapak Pendiri RIMBA.

Program RIMBA selalu berhubungan dengan misi kemanusiaan dan lingkungan hidup.

Di antaranya upaya penyelamatan kawasan Gunung Hutan, Hulu Sungai dan Daerah Aliran Sungai, Kampanye Lingkungan, Penguatan Kapasitas Warga, Pendidikan Lingkungan, Kampanye Lingkungan, Reboisasi Lahan Kritis, Mitigasi Bencana, dan Penanggulangan Saat Bencana.

Juragan Corner

Sambil menyeruput kopi, Hasan menunjuk satu kamar di lantai atas, di dalam bangunan cafe yang adem.

Itulah “Kamar Hasan” yang diberi nama Juragan Corner. Sebuah ruang berukuran sekitar 3 x 4 meter.

Di dindingnya terpajang beberapa foto kenangan. Salah satu tampak foto Hasan dan Rafael dalam waktu dan tempat yang sama, dalam jabatan yang berbeda.

Alkisah Hasan menjabat Komandan Grup A Paspampres.

Sementara Rafael menjabat Komandan Grup 2/Kopassus “Kandang Menjangan” Kartasura.

Adapun KASAD Jenderal Maruli Simanjuntak juga berada di lokasi yang kala itu menjabat Danrem 074/Warastratama Solo.

“Ketika itu Bapak Presiden persiapan sholat jumat. Saya mengawal, Rafael duduk disamping driver dengan muka/wajah tegang, karena dibelakangnya ada presiden, panglima tni, kasad dan danjen Kopassus yang mendampingi presiden berkunjung ke Grup 2 Kopassus,” ungkap Hasan sambil tertawa mengisahkan sebuah foto di halaman markas Grup 2 Kopassus.

Di “Juragan Corner” juga terpajang foto-foto lain, yang kelak kemudian hari pasti akan menjadi kenangan bersejarah. Seperti kenangan “Karawang – Bekasi”, yang meski jazad para pahlawan terkubur dan tak lagi bisa memekikkan kata “Merdeka”, tetapi jiwa-jiwa mereka tetap bergelora. Semangatnya membara.

Lihatlah. Di Tepi Kali Ciliwung, dua jenderal sedang menulis sejarah. Sejarah tentang spirit pantang menyerah melawan sampah.

Menulis sejarah tentang bagaimana menjaga kelestarian sungai sebagai sumber kehidupan dan sumber peradaban bangsa.

MERDEKA !!!

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini