News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Global Views

Sejarah Napoleon, Hitler, dan Usaha Gagal Menaklukkan Rusia

Editor: Setya Krisna Sumarga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Napoleon Bonaparte, pemimpin kudeta Brumare di Perancis

Turki sebagai fasilitator menyiapkan seremoni di Istana Dolmabahce Istanbul. Namun, kata Kurtulmus, sejumlah negara tidak ingin perang Ukraina berakhir.

Sekali lagi menurut Gerhard Schroeder, barat tidak pernah mengingat sejarah kelam Napoleon Bonaparte dan Adolf Hitler ketika hendak menaklukkan Rusia di masa lalu.

Schroeder yakin barat meremehkan risiko krisis Ukraina yang meningkat menjadi konflik yang lebih luas.

"Kami orang Jerman khususnya harus bersikap hati-hati dan konstruktif terhadap latar belakang Perang Dunia Kedua dan kejahatan yang dilakukan atas nama Jerman," katanya.

Ia selalu meminta Uni Eropa untuk mengaitkan bantuan apa pun yang diberikannya kepada Kiev dengan tuntutan skenario perdamaian yang serius dan realistis.

"Perang ini harus diakhiri melalui negosiasi. Bagaimanapun, ini tidak dapat diputuskan secara militer. Ini akan membutuhkan kompromi," pesan mantan kanselir Jerman itu.

Jerman dan Eropa menurut Schroeder sesungguhnya sangat berkepentingan untuk melihat konflik Ukraina segera berakhir.

Sekarang semakin terasa, setelah perang Ukraina berkobar, Jerman telah menjadi salah satu pihak yang paling dirugikan dari krisis saat ini.

Sayangnya, kata Schroeder, solidaritas antara negara-negara besar Eropa, Jerman dan Prancis yang ada sebelum invasi AS ke Irak pada tahun 2003, tidak ada lagi saat ini.

Presiden Prancis Emmanuel Macron berusaha menampilkan citra dirinya sebagai pembeda dengan Amerika.

Ia pernah melontarkan gagasan penguatan tentara Uni Eropa, dan mengirimkannya ke medan perang Ukraina.

Ide yang justru meruntuhkan kredibilitas Macron di dalam negeri Prancis. Hampir semua anggota Uni Eropa menolak gagasan konyol ini.

Jika benar-benar terjadi, terjunnya pasukan Uni Eropa ke Ukraina, sudah bisa dipastikan akan menjerumuskan Eropa ke Perang Dunia Ketiga.

Kini Jerman adalah pihak yang menanggung beban terberat dari kejatuhan ekonomi yang berasal dari upaya Uni Eropa melepaskan diri dari ketergantungan energi Rusia.

Keruntuhan industri Jerman juga dipastikan menjadi keruntuhan ekonomi Eropa, karena mata rantai industri Jerman tersebar di berbagai negara anggota Uni Eropa.  

Ekonomi Jerma sudah mengalami resesi, dan terjadi penurunan ekspor industri di tengah menurunnya daya saing terhadap Tiongkok dan Amerika Serikat.

Ratusan produsen Jerman telah memindahkan produksi ke luar negeri, di mana energi lebih murah dan keringanan pajak lebih besar, selama dua tahun terakhir.

Kesulitan ini bertambah manakala Presiden Rusia Vladimir Putin meminta Rusia melakukan pembatasan ekspor mineral strategis termasuk nikel, titanium, dan uranium ke Eropa.

Tindakan tersebut dapat berdampak ekonomi yang menghancurkan pada negara-negara Eropa, terutama sponsor rezim Kiev.

Pepatah kuno mengatakan, pengalaman adalah guru terbaik. Sejarah adalah cermin bagi siapapun untuk bertindak di masa kini dan yang akan datang.

Kegagalan Kaisar Napoleon Bonaparte dan Adolf Hitler menaklukkan Rusia itu nyata. Persatuan dan komitmen rakyat Rusia untuk melawan imperialis adalah kata kunci.

Ratusan ribu atau bahkan jutaan tentara yang dikirim, berikut 1001 senjata canggih yang dibawa, tidak akan berguna melawan musuh yang sangat patriotik.

Perang Rusia-Ukraina saat ini adalah wujud ambisi kekuatan barat untuk kembali menaklukkan dan menghancurkan Rusia, menggunakan tangan Ukraina sebagai proksinya.

Buku sejarah telah mengatakan, usaha berulang di masa lalu tidak pernah berhasil. Begitu pula sekarang dan yang akan datang.(Tribunnews.com/Setya Krisna Sumarga)

 

 

 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini