Perubahan signifikan berikutnya, Rusia menyatakan senjata nuklirnya dapat digunakan jika terjadi agresi terhadap Belarusia, sekutu militer mereka.
Serangan ke Belarusia itu dianggap menjadi ancaman kritis terhadap kedaulatan Rusia meski hanya menggunakan senjata konvensional.
Presiden Belarusia Alexander Lukhasenko telah menyetuji prinsip ini. Potensi konflik saat ini membesar di perbatasan Belarusia-Ukraina.
Pasukan Belarusia telah di mobilisasi ke perbatasan kedua negara, dan mendapat protes kerasa dari Ukraina.
Inilah perubahan-perubahan menarik doktrin nuklir Rusia. Lalu seperti apa doktrin nuklir Rusia sebelumnya?
Dokumen yang diadopsi pada tahun 2020 menguraikan empat situasi di mana Moskow dapat mengaktifkan penangkal nuklirnya.
Pertama, jika menerima informasi akurat tentang peluncuran rudal balistik terhadap dirinya sendiri dan atau sekutunya.
Kedua, jika senjata nuklir atau jenis Weapons Mass Destruction (WMD) lainnya digunakan terhadap Rusia dan atau sekutunya.
Ketiga, jika musuh melakukan serangan terhadap fasilitas negara atau fasilitas militer kritis yang dapat mengganggu respons pasukan nuklir Rusia.
Keempat, jika Rusia diserang secara konvensional yang akan mengancam keberadaan negara itu sendiri. Atau istilah militernya ini ancaman eksistensial bagi Rusia.
Dari perbandingan ini, jelas terlihat perbedaannya. Pembaruan doktrin nuklir Rusia lebih jelas dan sesuai situasi kondisi terkini.
Awal tahun 2024, Vladimir Putin mengatakan beberapa pembaruan doktrin mungkin diperlukan, mengingat munculnya ancaman baru dari NATO.
Wakil Menteri Luar Negeri Sergey Ryabkov menggambarkan doktrin yang ada pada bulan Juni sebagai terlalu umum.
Ia mengatakan ketidaktahuan barat atau sikap tutup mata mereka mengharuskan Rusia untuk mengatakan lebih jelas, lebih tegas, dan lebih pasti apa yang bisa terjadi.