News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

KSP Letjen Purn AMP, Dari Kariango ke Lebanon, Menghijaukan Karebosi bersama Almarhum Doni Monardo

Editor: Wahyu Aji
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kepala Staf Kepresidenan Letjen TNI (Purn) AM Putranto bersama Almarhum Letnan Jenderal TNI (Purn.) Dr. (H.C.) H. Doni Monardo, S.I.P.

“Yang saya heran, beliau tidak pernah nanya soal anggaran sama sekali. Tapi kalau anggaran kurang, selalu bisa terselesaikan. Karena beliau tidak pernah tanya masalah anggaran, maka daftar mata anggaran pun saya cetak besar dan saya tempel di papan, agar transparan,” katanya.

“Saya benar-benar bangga pernah menjadi bagian dari program penghijauan di sini. Pak Doni adalah tipikal yang tidak banyak bicara, tetapi prestasinya internasional. Sejak itu, saya pun terpikat oleh pohon trembesi,” pungkasnya.

Pendek kalimat, area markas bersih, lingkungan hijau, disiplin prajurit paten, moral meningkat, prestasi pun terukir. Pelan tapi pasti, pamor Brigif Kariango naik. Beragam prestasi satu per satu diraih para prajurit Kariango. Baik di kancah olahraga TNI-AD, dan ajang kompetisi lain lain.

Puncaknya, Markas Brigif Kariango banyak dikunjungi petinggi militer, mulai dari Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso (2007 – 2010), Kasad Jenderal TNI Jenderal TNI Agustadi Sasongko Purnomo, Pangdam VII/Wirabuana Mayjen TNI Djoko Susilo Utomo, dan lain-lain. Mereka semua menyampaikan apresiasi terhadap keberhasilan duet Doni – Anto. Tidak saja sukses mengubah markas brigade tandus-gersang menjadi ijo-royo-royo, tetapi juga dalam hal meningkatkan moral, dan prestasi prajurit.

Terbukti di Lebanon

Atas prestasi itulah, pimpinan TNI menugaskan pasukan Brigade Infanteri (Brigif) Para Raider 3/Tri Budi Sakti (TBS) berangkat ke Lebanon dalam misi perdamaian PBB. Ketika itu tahun 2007, dan Doni pun menyiapkan satu batalyon (sekitar 700 prajurit) secara serius, melatih dan menggembleng mereka secara spartan.

Sebagai komandan batalyon, Doni mempercayakannya kepada Kasbrigif, Letkol Inf AM Putranto. Ketika persiapan selesai, mereka pun diberangkatkan ke Jakarta untuk transit sebelum diterbangkan ke Lebanon sebagai Kontingen Garuda XXIII-B untuk misi UNIFIL (United Nations Interim Force in Lebanon).

Di sinilah AMP kembali merasakan besarnya perhatian serta sikap komandan Doni yang rela mempertaruhkan apa pun demi kepentingan prajurit dan anak buah. Tersebutlah, di masa transit itu turun surat keputusan pimpinan TNI-AD yang menunjuk komandan batalyon lain, menggantikan posisi Letkol AM Putranto.

Hirarki militer yang tegak lurus, mengharuskan AMP harus menjawab “Siap, laksanakan” atas keputusan tersebut. Ia pun mengemas ransel dan sedia kembali ke Maros. Sebelum pulang, AMP melaporkan soal penggantian Danyon UNIFIL kepada Doni Monardo.

Dari ujung telepon, Doni tampak kaget dengan apa yang terjadi di Jakarta. Usai menerima laporan dari AMP,  Doni tegas menjawab, “Kamu jangan pulang. Tetap di situ bersama para prajurit. Jangan sekali-kali meninggalkan mereka.”

Perasaan AMP terombang-ambing. Di Jakarta, posisinya sudah diisi orang lain. Dari Maros, komandan Doni melarang ia meninggalkan prajurit Kariango yang sedia diberangkatkan ke Lebanon. “Bukankah tidak mungkin satu batalyon memiliki dua komandan?” pikir AMP.

Di tengah kegundahan perasaan, AMP mematuhi perintah atasan langsung, dalam hal ini Danbrigif Kariango, Kolonel Doni Monardo. 

AMP merasakan “keajaiban”. Sebab, selang beberapa hari, Surat Keputusan berubah dan namanya kembali muncul sebagai Komandan Batalyon dengan nomenklatur Komandan Satuan Tugas (Dansatgas) Kontingen Garuda (Konga) XXIII-B. 

Baru di kemudian hari, AMP mengetahui bagaimana komandannya, Kolonel Doni Monardo “bergerilya” dan berjuang mempertahankan dirinya sebagai Danyon. Tak tanggung-tanggung, ia membawa “persoalan” itu langsung kepada Presiden SBY, melalui seniornya, Brigjen TNI Pramono Edhie Wibowo yang ketika itu (2007 – 2008) menjabat Kasdam IV/Diponegoro.

Pramono adalah adik ipar Presiden SBY. Di sisi lain, Doni Monardo sebelum menjabat Danbrigif Kariango adalah Waasops Danpaspampres.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini