Oleh: Airlangga Pribadi Kusman Ph.D
Pengajar Departemen Politik FISIP Universitas Airlangga
TRIBUNNEWS.COM - LIMA tahun progres pembangunan yang berlangsung di Kabupaten Trenggalek menunjukkan realisasi atas harapan kebijakan desentralisasi. Tidak hanya menghadirkan kekuasaan yang berperan untuk memberdayakan rakyat dalam jangkauan yang dekat, namun lebih dalam lagi memperlihatkan langkah keberhasilan menuju kemakmuran rakyat yang merata.
Keberhasilan tersebut berangkat dari tiga pilar pembangunan yang kongruen dengan semangat Trisakti Bung Karno (politik yang berdaulat, ekonomi berdikari dan pemajuan kebudayaan yang berkepribadian). Serta orientasi pembangunan pemerintahan pusat yang mendorong ekonomi inklusif yang memberdayakan kapasitas warga, mendorong orientasi inklusif, dan membangun ekosistem yang berkarakter ekologis.
Berbagai capaian pembangunan bercorak partisipatoris ini berjalan melalui pembenahan birokrasi mencapai pelayanan prima dengan capaian indeks Reformasi Birokrasi dari tahun 2019 sebesar 66,91 menjadi tahun 2023 sebesar 78,24.
Berbagai capaian tersebut terealisasi dengan rangkaian program seperti pembangunan yang mengedepankan fokus pada pemberdayaan kekuatan usaha dari 5 ribu perempuan. Kemudian memberi keringanan modal usaha melalui kredit tanpa agunan. Lalu biaya rendah untuk pedagang pasar dan kalangan difabel. Ada lagi mengedepankan pentingnya kolaborasi dan usaha kolektif melalui pendirian swalayan berjejaring harus berbasis koperasi.
Lebih lanjut, paket kebijakan lelang investasi dan kemudahan perijinan serta insentif. Serta platform New Economy berbasis ekologis dengan penerapan perdagangan karbon.
BUMD Trenggalek sebagai pionir BUMD yang bertransaksi di bursa karbon Indonesia. Kolaborasi pariwisata dengan community based tourism dengan angka statistik yang menunjukkan capaian pada tourism. Pada tahun 2019 angka rata-rata spent of money sebesar Rp 200 ribu, bertambah lebih dari dua kali lipat pada tahun 2023 mencapai Rp 434 ribu.
Hal tersebut dijalankan sebagai program yang sejalan dengan program pembangunan pemerintah berbasis hilirasi pertanian dan perikanan yang selektif terhadap industri ekstraktif dan mendorong manufaktur.
Capaian konkret dari kebijakan tersebut adalah bahwa terjadi progres luar biasa, apabila melihat indeks Pembangunan Ekonomi Inklusif dari tahun 2019 hingga 2023. Selama rentang itu, terjadi peningkatan dari skor 5,4 hingga 5,7.
Hal tersebut dicapai dengan laju pertumbuhan yang pada tahun 2019 sebesar 5,08 persen dan turun pada saat pandemi Covid tahun 2020 sebesar -2,17. Selanjutnya naik 3,65 persen pada 2021 dan kembali naik pada 2022 sebesar 4,52 persen. Akhirnya pada tahun 2023 mencapai 4,92 persen.
Selain itu, Trenggalek menjadi daerah dengan TPT di bawah rata-rata provinsi berbasis kemiskinan ekstrem (9 kabupaten se-Jawa Timur). Hal tersebut dicapai dengan data statistik pada tahun 2023 sebesar 4,52 persen di bawah rata-rata angka TPT jawa Timur sebensar 4,88 persen. Angka itu turun dari tahun sebelumnya sebesar 5,37 persen.
Sementara terkait dengan penurunan angka kemiskinan, Trenggalek cukup berhasil dengan perincian bahwa terjadi penurunan kemiskinan pada periode 2019-2023. Yakni dari 11,62 persen menjadi 10,83 persen. Sementara angka kemiskinan absolut sebesar 0 persen.
Pembangunan yang berlangsung di Kabupaten Trenggalek juga tidak meninggalkan aspirasi dari kalangan rentan seperti perempuan. Hal tersebut terbukti dari capaian Indeks Pembangunan Gender dengan ukuran sebesar 9,57.
Capaian program pembangunan Trenggalek juga berbasis pada pencapaian kemakmuran dengan mendorong pembangunan berbasis kapasitas manusia (Human capabilities development).