Oleh Faiz Arhasy, Awardee Turkiye Scholarship 2021
Inflasi Turkiye menjadi perbincangan hangat di beberapa tahun belakangan ini.
Ya, kenaikan inflasi yang tidak wajar di Turkiye menjadikan Turkiye sebagai salah satu negara yang menjadi topik pembahasan utama di dunia perekonomian.
Turkiye dikenal sebagai negara maju yang menempati posisi 20 besar dalam jumlah Grow Domestic Bruto di 5 tahun terakhir.
Selain pariwisata, sektor agrikultur seperti gandum, susu, ternak unggas dan kacang-kacangan adalah salah satu sektor besar dalam pendapatan negara Turkiye.
Turkiye juga terkenal dengan industri elektronik alat rumah tangganya yang tersebar di Eropa.
Kenaikan inflasi yang tidak wajar dalam beberapa tahun di Turkiye yang bahkan mencapai 79 persen pada Juli 2022 merupakan hal yang serius dan berdampak langsung pada perekonomian Turkiye dan dunia.
Akan tetapi, ada satu hal yang lebih menarik untuk dibahas yaitu kebijakan pemerintah Turkiye dalam menanggulangi inflasi yang melawan kebijakan penanganan inflasi pada umumnya.
Sebagaimana kebijakan inflasi pada teori ekonomi bahwa cara meredam inflasi adalah dengan menaikkan suku bunga bank central.
Ketika suku bunga dari bank central dinaikkan maka masyarakat akan berbondong-bondong untuk menabung uang mereka di bank dan para pengusaha akan enggan untuk meminjam uang dari bank.
Hal ini akan mengakibatkan peredaran uang akan turun intensitasnya sehingga harga barang dapat dikendalikan.
Turkiye pernah menerapkan kebijakan ini pada tahun 90-an ketika terjadi inflasi besar-besaran di Turkiye.
Pada tahun 1995 Turkiye menaikkan suku bunga menjadi 250 persen dan berhasil meredam inflasi.
Indonesia sendiri juga pernah menerapkan kebijakan tersebut ketika terjadi krisis moneter pada tahun 90-an.
Pada tahun 1998 bank Indonesia menaikkan suku bunga hingga 70 persen dan itu berdampak pada penguatan nilai mata uang rupiah.
Pada 2018 ketika awal terjadi inflasi Turkiye kembali memberlakukan kebijakan penaikan suku bunga bank central. Hal ini juga berhasil meredam inflasi dan harga barang berangsur-angsur dapat dikendalikan.
Akan tetapi, meskipun nilai mata uang kembali stabil ada efek negatif besar yang di dapatkan.
Akibat dari kenaikan suku bunga bank central banyak perusahaan kecil seperti UMKM yang bergantung modal usahanya pada bank central bangkrut karena tercekik suku bunga yang melejit naik.
Tercatat sampai ratusan ribu usaha-usaha kecil di Turkiye bangkrut dan angka pengangguran meningkat hingga 14.7 persen.
Menaikkan suku bunga memang banyak menolong perusahaan-perusahaan besar yang memiliki transaksi luar negri seperti impor dan ekspor.
Perusahaan ini juga umumnya merupakan perusahaan besar. Akan tetapi ada efek yang ditimbulkan bagi masyarakat Turkiye sendiri.
Berdasarkan pengalaman ini, pemerintah Turkiye mengambil kebijakan penanganan inflasi dengan melakukan hal sebaliknya yaitu menurunkan suku bunga bank central.
Pemerintah Turkiye berharap dengan rendahnya suku bunga akan menciptakan kredit murah dan ekonomi di Turkiye akan tumbuh dengan sendirinya.
Para pengusaha-pengusaha kecil yang bergantung dengan pinjaman bank central akan tetap bisa bertumbuh serta komoditas-komoditas di Turkiye tetap terjangkau harganya di pasar internasional sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi negara-negara lain.
Dalam rangka mendukung dan memastikan kesejahteraan masyarakat pemerintah Turkiye juga menaikkan UMR Turkiye. Pada tahun 2021 UMR di Turkiye berkisar di antara 3500 TL. Dan pada tahun 2024 UMR di Turkiye naik berkali lipat berkisar 17.000 TL.
Ya, dalam rangka untuk tetap menjamin kesejahteraan masyarakatnya berbagai upaya terus dilakukan oleh pemerintah Turkiye.
Tidak hanya kepada masyarakat Turkiye. Dukungan dalam bentuk kebijakan-kebijakan ini juga diberikan pemerintah Turkiye kepada pelajar asing yang menempuh pendidikan di Turkiye.
Turkiye dikenal sebagai salah satu negara yang banyak memberikan beasiswa kepada pelajar asing baik dijenjang sekolah menengah, S1, S2 ataupun S3.
Inflasi yang terjadi terus menerus tentunya juga berdampak kepada pelajar yang menyambung hidup di Turkiye dengan mengandalkan beasiswa dari pemerintah Turkiye.
Beasiswa pemerintah Turkiye sendiri tentunya menggunakan mata uang Turkiye.
Dan apa upaya pemerintah dalam mensubsidi pelajar asing di Turkiye ? Ya, tentu saja dengan menaikkan subsidi beasiswa. Untuk pelajar beasiswa di SMA Imam Hatip Turkiye contohnya, pada 2021 para pelajar beasiswa SMA di Imam Hatip hanya mendapatkan uang saku bulanan sebesar 250TL.
Semenjak inflasi pemerintah Turkiye menaikkan jumlah subsidi beasiswa secara berkala. Pada 2022 menjadi 620TL, pada 2023 menjadi 1200TL dan pada 2024 menjadi 1500TL.
Begitu juga dengan pelajar beasiswa S1. Pada 2021 para pelajar hanya mendapatkan uang saku bulanan sebesar 800TL, pada 2022 naik menjadi 1000TL, pada 2023 menjadi 1800TL dan pada 2024 menjadi 3500TL.
Biaya asrama, universitas dan asuransi kesehatan yang selama ini memang termasuk dalam lingkup tanggungan beasiswa juga tetap dicover penuh oleh pemerintah Turkiye.
Tentunya kebijakan yang signifikan dalam mendukung pelajar ini memberikan manfaat yang besar kepada pelajar asing di Turkiye khususnya kenyamanan dan rasa aman dalam perjalanan studi.
Di sisi lain ada juga hal negatif yang dirasakan oleh pelajar asing di luar negri. Salah satunya adalah kenaikan UKT (Uang kuliah tunggal) dengan rasio yang tidak normal.
Kenaikan UKT dengan rasio tinggi mengakibatkan beberapa pelajar asing tidak dapat melanjutkan studi mereka di Turkiye, hal ini biasanya dirasakan oleh para pelajar asing yang menempuh studi di Turkiye melalui jalur mandiri.
Kenaikkan UKT di Turkiye secara berkala dalam beberapa tahun ini sangat bervariatif. Ada yang masih dalam rasio terjangkau ada juga yang memiliki rasio yang sangat tinggi.
Di kota Izmir salah satunya, tercatat bahwa kenaikan UKT di fakultas Teknik Universitas Dokuz Eylul mencapai 370 persen dalam satu tahun.
Hal seperti ini tentu menjadi beban bagi para pelajar asing di Turkiye.
Meskipun harga rupiah menguat jika dibandingkan dengan lira kenaikan UKT yang tidak wajar ini tentunya memberatkan para pelajar dan mengakibatkan sejumlah pelajar tidak dapat meneruskan studi mereka.
Dinamika perekonomian di Turkiye dalam beberapa tahun ini memiliki hal-hal yang menarik untuk diulas.
Ekonomi yang merupakan jantung daripada segala sektor tentunya memiliki pengaruh besar dalam kehidupan suatu negara bahkan juga berdampak kepada negara lainnya.
Turkiye dengan tantangan yang dihadapi tengah berupaya dalam menstabilkan tiang-tiang ekonomi negaranya.
Dengan segala kebijakan yang telah dilakukan tentunya Turkiye telah berupaya untuk mengatasi permasalahan perekonomian di negaranya meskipun ada satu dua resiko-resiko yang harus dihadapinya.
Lantas apakah kebijakan penanganan inflasi di Turkiye yang bertolak belakang akan memberikan dampak perubahan pada negaranya ?
Apakah kebijakan dan subsidi yang terus dikonsepkan dan digelontorkan akan tetap bisa menjamin kesejahteraan masyarakatnya ?
Ya, mari kita lihat dan amati kedepannya.
(*)