Ibu dua anak asli Probolinggo yang sudah puluhan tahun tinggal di Surabaya ini menambahkan, acara ini harus terus diadakan sebagai symbol rasa terima kasih setelah hasil panen.
Gulat okol merupakan tradisi dari Jawa Timur, di mana saling mrnjatuhkan lawannya hanya dalam dua ronde.
Para pemainnya juga akan memakai seikat tali yang diikatkan di pinggang mereka.
Disamping itu, anggota Komisi C DPRD Surabaya, Vinsensius Awey mengatakan bahwa dari budaya sedekah bumi ini mencerminkan gotong royong yang memang patut dilestarikan.
“Semangat gotong royong masyarakat kota saat ini kalah dengan era globalisasi. Dari kegiatan yang sudah turun temurun dari leluhur ini pantas untuk dimanfaatkan sebagai destinasi wisata di Surabaya,” kata dia.
Ia menambahkan bahwa tidak ada salahnya Surabaya punya ikon wisata yang bisa menarik wisatawan.
“Kalau Madura punya Karapan sapi, nah Surabaya? Apa?,” ungkap dia. (*)