Di semangkuk es tape, tidak hanya berisikan tape tetapi juga ada campuran kelapa mudanya.
Dikatakan Tri Lestari, untuk menghasilkan es tape yang lembut dan rasanya pas, tape singkong dilumatkan menggunakan
tangan.
“Tape terlebih dahulu dihaluskan menggunakan tangan. Sengaja tidak menggunakan mesin agar mudah memisahkan seratnya, agar es tape benar-benar lembut,” ujarnya.
Saat dilumatkan tersebut, tape ditambahi dengan sejumlah gula dan garam agar rasanya benar-benar pas.
Baru sesaat sebelum disajikan kepada pelanggan diberi tambahan es serut. Es tape ini sangat pas dinikmati pada siang hari yang terik.
Dalam sehari warung yang setiap harinya buka dari jam 10.00 hingga 16.30 ini menghabiskan sekitar 20 hingga 25 kilogram tape singkong.
“Untuk tapenya kami tidak membuat sendiri, ada yang nyetori. Tetapi pembuat tapenya adalah langganan bapak mulai dari pertama kali
berjualan es tape,” kata Tri Lestari.
Selain es tape, pengunjung juga wajib mencicipi mi ayam racikan Sularto.
Seperti kebanyakan mi ayam pada umumnya, disini seporsinya berisikan mi, cincangan daging ayam, dan sawi.
Tetapi rasa mi ayam di warung Es Tape Sompil ini berbeda dari yang lain. Terdapat cita rasa kare dalam setiap sendokannya.
“Dulu sebelum ada mi ayam, bapak berjualan mie kare. Kemudian setelah berganti mi ayam ada bumbu rahasia yang dibuat agar rasanya berbeda dari yang lain,” terang perempuan berumur 29 tahun tersebut.
Tidak perlu merogoh kocek dalam-dalam untuk mencicipi setiap menu di warung makan ini.
Seporsi es tape dapat pengunjung nikmati hanya dengan Rp. 5 ribu, sedang mi ayamnya cukup dengan Rp 7 ribu.
Menu lainnya, seperti bakso, harganya juga tak kalah terjangkau, hanya Rp 9 ribu, dan soto bakso Rp 10 ribu.
Meskipun masuk ke wilayah Bantul, lokasi warung ini tidak jauh dari dari pusat kota Yogyakarta, lokasinya hanya di sebelah selatan Jogja
Expo Center (JEC).
Persis di timur JEC ada jalan ke selatan, ikuti jalan tersebut hingga menemukan perempatan.
Lokasi Es Tape Sompel ada di salah satu sisi perempatan tersebut. (*)