Dijelaskannya, tiang pondasi pertama jembatan yang membentang dari Pulau Panjang, memang masuk wilayah Sungai Rengas terlebih dahulu, dengan memakan lahan sekitar 500 meter. Sebelum masuk ke wilayah Sungai Kupah.
"Mayoritas lahan di Sungai Kupah ini kebun kelapa, dan 90 persen penghasilan warga pun dari kelapa semua. Dan 10 persen warga di sini nelayan pesisir," paparnya.
Data dari profil desa, Sungai Kupah memiliki jumlah penduduk 3.659 jiwa dalam 872 kepala keluarga.
Itu terdiri dari 1.362 berjenis kelamin laki-laki dan 2.297 perempuan.
Warga Desa Sungai Kupah menggarap sedikitnya 206 lahan, 126 lahan di antaranya merupakan milik pribadi, sementara sisanya 80 lahan merupakan lahan sewa.
Sabri juga menerangkan, Pulau Panjang yang akan menghubungkan Jembatan Kapuas 3 dari Sungai Kupah ke Wajok, masuk dalam wilayah Kabupaten Mempawah.
"Historisnya, yang banyak menggarap di Pulau Panjang, itu banyak warga Kubu Raya, terutama dari Sungai Kupah, ada 70 persenlah. Itu lahan garapan, masyarakat kami yang garap. Itu sudah bukan turun temurun, dari tahun 1970-an sampai sekarang," terangnya.
Sabri menguraikan, dari yang diketahuinya, Pulau Panjang akan menjadi penghubung antar konstruksi jembatan.
Dari Wajok membentang ke Pulau Panjang dan dari Pulau Panjang akan membentang ke Sungai Rengas hingga Sungai Kupah.
"Dari daerah Wajok, jembatannya turun ke pulau, sampai ujung baru naik lagi ke daerah Sungai Rengas dan Sungai Kupah. Jembatan ndak langsung, kaki jembatan itu di Pulau Panjang, makanya Pulau Panjang sekarang jadi primadonalah," urainya.
Menurut Sabri, hal lain yang akan memberikan dampak seperti harga tanah.
Jika sebelum adanya Jembatan Kapuas 3 harga tanah di sekitar desa tersebut relatif murah, namun setelah adanya pembangunan jembatan tersebut tentu akan berlipat-lipat harganya.
"Setahun yang lalu harganya Rp 15 ribu per meter, tapi kalau sekarang saya dapat informasi sudah Rp 80 ribu per meter," ujarnya.
Dalam proyek pembangunan Jembatan Kapuas 3 tersebut, menurut Sabri diperkirakan ada sekitar 10 pemilik, yang lahannya terkena jalur pembangunan jembatan.
"Di Desa Sungai Kupah hanya satu atau dua saja warga yang baru memiliki SKT, selebihnya sudah bersertifikat lahan. Rata-rata yang kena sudah bersertifikat," sambung Sabri. (*)