Pulang ke rumah, Seladi langsung mengumpulkan anggota keluarganya dan memperlihatkan uang hasil memulung itu.
Istri Seladi pun tersenyum melihat uang tersebut.
"Ini loh hasilnya nyusuk, saya kasihkan uangnya. Istri saya bilang, enthuk pirang kilo, iku hasil nyusuk pe'en wae. Istri saya ngguya ngyuyu wae," kata Seladi tersenyum.
Akhirnya, istri Seladi pun mendukung kegiatan suaminya memulung sampah.
Saat memulung, warga sekitar tidak mengetahui bahwa Seladi sebenarnya petugas kepolisian.
Malah, ada warga yang kasihan dengan dirinya dan memperbolehkan Seladi menaruh barang hasil memulung di rumah kosong.
"Setelah saya masuk, ada aja yang masuk padahal masih ada lahan lain," kata Seladi sambil meminta maaf karena cerita tentang dirinya agak panjang.
Seladi mengakui adanya perebutan wilayah saat memulung.
Biasanya, ia segera mengalah bila saat mencari sampah diusir oleh pemulung lain. Seladi langsung mencari sampah di wilayah lain.
"Gini bapak, masalah wilayah sebenarnya enggak ada. Itu orang yang nyerekel (nakal) saja. Jadi kadang-kadang ada teman seperti itu ambil, pernah saya diusir. Pak itu lahanku ojo. Pindah lagi saya, engga tahu kalau saya polisi," katanya.
Ia mengatakan cari rezeki sebenarnya mudah. Apalagi saat masyarakat tak tahu bahwa dirinya merupakan anggota Polri saat memulung.
Seladi menyampaikan rasa terima kasih kepada atasannya yang memperbolehkan dirinya memulung.
Ia pun menegaskan tidak pernah menerima suap meskipun bertugas di bagian SIM (Surat Izin Mengemudi).
"Saya tidak pernah terima suap baik uang, makanan dan apa yang dikasih ke saya," katanya.