Laporan Wartawan Tribun Jateng, Rival Almanaf
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Ahmad Anissul Fuad bernafas lega setelah beberapa mahasiswa Teknik Mesin Universitas Diponegoro (Undip Semarang) membuatkan tangan bionik untuk tangan kirinya yang diamputasi.
Fuad pun menunjukkan tangan bionik itu yang bisa pegang botol, handphone dan lain-lain.
Sebuah kemajuan bagi dirinya, berkat tangan robot bionik buatan mahasiswa.
Cara pemasangan dan penggunaan tangan bionik itu pun dipamerkan dalam kegiatan Peresmian Pusat Inovasi Teknologi di Widya Puraya Undip, Tembalang, Semarang, Selasa (31/5/2016).
Pria yang dulunya bekerja di proyek bangunan tersebut menerangkan awal mula ia kehilangan tangan kirinya.
"Dahulu saya bekerja di proyek bangunan, karena kecelakaan, tersengat listrik sehingga tangan kiri harus diamputasi. Sejak itu saya tidak bisa bekerja lagi dan beruntung bertemu mahasiswa dan diajak untuk menguji penelitiannya ini," terang Ahmad saat dijumpai Tribun Jateng.
Kini fungsi jari jemari Fuad kembali baik berkat Tangan Bionik karya mahasiswa Center for Biomechanics, Biomaterial, Biomechatronics and Biosignal Processing (CBIOM3S) Undip Semarang.
Hanya dengan menggerakan otot-otot pundaknya, jemari tangan bionik ini bisa bergerak menggenggam botol, handphone dan berbagai barang lainnya.
"Tentu ingin penelitian ini dikembangkan lagi bisa menggerakkan pergelangan tangan dan lain sebagainya sehingga saya juga bisa bekerja lagi," ujar pria 19 tahun asal Brebes tersebut.
Tangan bionik itu merupakan karya dua mahasiswa yakni Khusnul Ari dan Jonny Andreas Pakpahan yang dibimbing dua dosen Fakultas Teknik Mesin yakni Mochammad Ariyanto dan Rifky Ismail.
Ari menjelaskan sebenarnya tangan bionik saat ini sudah dijual secara komersil oleh perusahaan dari United Kingdom (UK).
"Hanya saja yang membedakan adalah harganya, bisa dicari robot bionik dari UK memiliki harga hingga Rp 600 juta, sedangkan milik kami meski belum dijual dan belum diproduksi massal namun biaya produksinya hanya puluhan juta," terang Ari.
Ia menjelaskan, cara kerja tangan robotnya adalah dengan menangkap kontraksi otot sebagai sensor untuk menggerakkan jari-jemari.
Di dalam tangan robot yang terbuat dari plastik tersebut memang terhubung kabel-kabel yang menempel di punggung hingga pundak penggunanya.
"Kami pilih otot pundak, dan punggung karena memang kontraksinya paling kuat daripada bagian lain, sinyal kontraksi otot itu kemudian diolah menjadi pesan untuk menggerakkan jari jemari dengan energi yang berasal dari baterai lima volt," kata Ari.
Di lain sisi, Jonny Pakpahan mengungkap bahwa alatnya memang masih belum sempurna, ia menargetkan akhir tahun ini akan lebih sempurna lagi sebelum nantinya mendapatkan hak patendan mampu diproduksi massal.
Ia ingin kedepan tangan bionikbisa bergerak lebih fleksible karena saat ini hanya sebatas jari yang menggenggam. (*)