Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Ini yang Wajib Dipelajari Pengusaha Indonesia dari Pebisnis Jepang

Penjiplakan apa pun, baik logo, font nama, dan sebagainya ternyata menjadi isu hangat kembali di Jepang

Editor: Widiyabuana Slay
zoom-in Ini yang Wajib Dipelajari Pengusaha Indonesia dari Pebisnis Jepang
www.propertyrightsproject.org
ILUSTRASI 

Richard Susilo *)

TRIBUNNEWS.COM - Penjiplakan apa pun, baik logo, font nama, dan sebagainya ternyata menjadi isu hangat kembali di Jepang, khususnya terhadap Indonesia. Toyota yang pernah melakukan jajak pendapat di Asia ternyata melihat penjiplakan atau pelanggaran copyright di Indonesia mencapai peringkat tertinggi di Asia.

Responden yang menjawab pernah pakai produk yang mirip dengan produk asli dan yang berkeinginan menggunakan produk palsu tersebut, dijumlah mencapai 48 persen. Padahal rata-rata angka di Asia hanya 30 persen.

Keprihatinan tersebut diungkapkan nyata oleh Kenji Ezaki, General Manager Intellectual Property Development Division dari Toyota Motor Corporation, “Apabila menggunakan filter minyak palsu, busi palsu dan sebagainya, lalu kemungkinan besar membahayakan keselamatan orang lain, karena kendaraan bermotor, jelas hal ini tak bisa didiamkan dalam system Tanggungjawab Sosial Perusahaan (CSR) di Toyota,” paparnya.

Selain Toyota, Mandom Indonesia juga menyuarakan keprihatinan yang sama. Presdirnya, Mitsuhiro Yamashita, dalam  komentarnya mengantisipasi pemalsuan produk Mandom dengan meningkatkan kembali aktivitas sales mereka agar mengingatkan kembali masyarakat akan perlunya membeli produk Mandom yang asli karena ini menyangkut kosmetik dan kesehatan yang langsung bersentuhan dengan tubuh.

Di Jepang bukan hanya soal copyright yang sangat kuat diproteksi, tetapi yang terkait dengan sentuhan ke tubuh manusia, perlindungan teramat sangat kuat. Itulah sebabnya produk terkait kosmetika, obat, dan sebagainya mendapat pengujian sangat ketat sekali. Mungkin dapat dikatakan terketat di dunia.

Mengapa bisa demikian? Tanggung jawab kepada pihak ketiga teramat penting di Jepang. Jangan heran apabila pihak perusahaan asuransi di Indonesia cukup kaget mungkin kalau melihat peliputan (coverage) TPL (Third Party Liability) asuransi kendaraan mobil orang Jepang di Indonesia bisa ratusan juta rupiah. Sekali lagi, hanya untuk TPL, bukan coverage mobilnya.

Berita Rekomendasi

Hal serupa sangat mahal di Jepang untuk TPL. Mengapa bisa begitu? Karena semua sudah menghitung, seandainya terjadi tabrakan, dan membuat korban cacat seumur hidup, berarti si penabrak harus membiayai hidup korban sampai meninggal dunia, terus-menerus sampai orang itu meninggal dunia.

Mengapa? Karena orang cacat memiliki kesempatan bekerja kecil dan kemungkinan besar tak dapat bekerja berarti tak ada penghasilan hidup. Uang untuk hidup itulah yang harus kita pikirkan, dikalkulasi supaya korban tidak sengsara seumur hidup gara-gara kita menabraknya.

Berat, memang sangat berat tanggungjawab kepada pihak ketiga di Jepang. Apalagi kalau menyangkut mobil perusahaan. Bukan hanya sopir yang harus bertanggungjawab, tetapi perusahaan juga harus bertanggung jawab, karena semua berawal dari siapa pemilik mobil tersebut. Pemilik mobil adalah Perusahaan, maka Perusahaan juga harus bertanggungjawab. Tidak akan mungkin Perusahaan tidak ganti rugi apalagi kabur. Hal ini dipastikan akan membuat Perusahaan gulung tikar.

Beli Barang Palsu

Apabila konsumen membeli barang palsu, misalnya busi mobil palsu, mendadak pembakaran macet atau tersendat saat mobil mau membalap mobil lain lalu mengakibatkan kecelakaan, mobil dan pembuat mobil itulah yang bertanggungjawab atas kecelakaan tersebut, meskipun penggunaan busi palsu.

Jadi jangan heranlah apabila Toyota cukup gerah juga melihat bertebarannya produk suku cadang mobil yang palsu di pasaran Indonesia. Bukan soal suku cadang palsu itu, tetapi system mobil keseluruhan  akan kacau karena adanya benda asing tersebut. Sedangkan kalau terjadi kecelakaan, tetap saja Pembuat Mobil yang dianggap salah, walaupun pemasang suku cadang palsu si pemakai yang tak ada kaitan dengan produsen mobil.

Perhitungan produsen atau Perusahaan Jepang terhadap produk palsu sebenarnya bukan melulu soal uang, tetapi lebih kepada  TPL tersebut.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas