Semen Indonesia Hemat Rp 300 Miliar Dengan Inovasi Teknologi
PT Semen Indonesia (Persero) Tbk berhasil menghemat hingga Rp 300 miliar per tahun, melalui teknologi Konservasi
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, GRESIK - PT Semen Indonesia (Persero) Tbk berhasil menghemat hingga Rp 300 miliar per tahun, melalui teknologi Konservasi Energi dan Teknologi Penurunan Emisi Gas CO2 melalui pemanfaatan biomas dan limbah B3 sebagai bahan bakar alternatif.
"Ini menjadi bukti bahwa perhatian khusus ke teknologi tidak akan membebani perusahaan dengan bermacam-macam biaya, tapi justru menghasilkan efisiensi,” kata Dirut PT Semen Indonesia Dwi Soetjipto, usai menerima penghargaan dari Meneg BUMN Dahlan Iskan dalam ajang BUMN Innovative Award 2013, di JCC Senayan Jakarta.
Dalam rilis yang diterima Surya Online, dalam ajang yang pertama kalinya diselenggarakan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut, Semen Indonesia (SI) memborong empat penghargaan BUMN Innovative Awards 2013. Masing-masing "The Best Corporate Innovative Culture & Management", "The Best Innovation of Green Product", "The Best Product Innovation of Energy & Mining Sector", dan "The Best Technology Innovation Energy & Mining Sector".
Menurut Dwi, sejumlah inovasi pengelolaan lingkungan yang sudah dilakukan manajemen antara lain, memanfaatkan limbah industri seperti Cooper Slag, Fly Ash, Cement Retarder menjadi bahan baku substitusi menggantikan pasir besi, pasir silika, dan gipsum alam.
SI juga telah mengubah wilayah bekas tambangnya, untuk lahan produksi tanaman yang bisa menjadi bahan bakar alternatif, bagi proses produksi. Dari lahan bekas tambang itu, SI bisa mendapat suplai bahan bakar alternatif untuk menunjang proses produksi.
Selain itu, SI berencana memanfaatkan sampah kota, yaitu Gresik dan Tuban. Volume sampah di Gresik tercatat sebanyak 650 meter kubik atau sekitar 217 ton per hari. Adapun volume sampah di Tuban sebesar 250 meter kubik atau 83 ton per hari. Sampah kota tersebut, diolah menjadi refuse derived fuel (RFD), untuk menggantikan bahan bakar batubara yang selama ini dipakai perusahaan. Selama ini, perseroan juga sudah menggunakan bahan bakar alternatif, seperti dari sekam padi, kulit mete, limbah tembakau, dan oil sludge.
Saat ini, tambah Dwi, porsi penggunaan energi alternatif milik SI sudah mencapai 5%-8% dari total kebutuhan energi perseroan yang menyedot 2 juta ton batubara per tahun. Ke depan, SI berharap bisa mencapai minimal 10%, sehingga perusahaan bisa berhemat bahan bakar.
“Kami mengusung konsep waste to zero, rencananya akan terus meningkatkan efisiensi perusahaan dengan mengandalkan bahan bakar non fosil dari setiap setiap proses produksi kami, ini juga bermanfaat bagi lingkungan,” ungkapnya. (adi Agus Santoso)