Mendag Ungkap Penyebab Defisit Neraca Perdagangan Indonesia
Defisit neraca perdagangan pada Juni 2013 dinilai sebagai akibat dari kendala struktural yang tidak pernah usai.
Penulis: Arif Wicaksono
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Defisit neraca perdagangan pada Juni 2013 dinilai sebagai akibat dari kendala struktural yang tidak pernah usai. Penyebabnya adalah minimnya diversifikasi ekspor serta defisit migas yang terus meninggi.
Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia hingga Juni 2013 masih mengalami defisit 846,6 juta dollar AS.
"Saya lihat ini masalah struktural ekspor belum kunjung membaik, belum adanya negara alternatif yang dapat dijadikan sasaran ekspor, belum lagi kebutuhan migas terus meninggi," tutur Gita Wirjawan, Menteri Perdagangan, Jumat (2/8/2013).
Ekpor masih didominasi negara tertentu saja seperti Jepang, Cina, Singapura dengan nilai 14,1 miliar dollar AS, 10,8 miliar dollar AS dan 8,4 miliar dollar AS. Dan sisanya diikuti dengan AS, India, Korea selatan, Malaysia.
Sedangkan, negara yang dominan memberikan kontribusi ekpor kepada indonesia seperti Jepang justru mengalami penurunan nilai ekspor sebesar 19 persen, dibanding bulan sebelumnya akibat pelemahan pertumbuhan ekonomi dalam negerinya.
"Masalah pertama adalah diversifikasi ekpor masih lemah akibat globalnya masih lemah, di beberapa negara seperti Brasil, Thailand dan Hongkong juga terjadi defisit dengan mencapai 3,1 miliar dollar AS, 17,3 miliar dollar AS dan 39,5 miliar dollar AS," tuturnya.
Selain itu masalah kedua adalah masalah defisit migas. Defisit neraca perdagangan terdiri dari defisit perdagangan migas sebesar 772,6 juta dollar AS dan defisit non migas sebanyak 74 juta dollar AS.
Secara kumulatif, neraca perdagangan periode Januari-Juni 2013 sebesar 3,31 miliar dollar AS. Untuk ekspor mencapai 91,05 miliar dollar AS dan impor masih sebesar 94,36 miliar dollar AS.
"Ini kan kelihatan karena surplus non migas tidak mampu imbangi defisit migas, belum lagi kebutuhan investor, di Indonesia untuk mengonsumsi migas semakin meninggi," katanya.
Untuk mengatasi ini maka impor barang modal dapat ditekan melalui investasi. Sehingga diharapkan beban impor tidak akan bertambah dan menaikkan surplus non migas sehingga mampu menciptakan surplus bagi neraca perdagangan Indonesia.