Tangkis Efek Pelemahan Rupiah Lewat Percepatan Infrastruktur
Kementerian Pekerjaan Umum (PU) menegaskan tidak akan memberikan penyesuaian bagi kontrak konstruksi terkait pelemahan nilai rupiah
Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Pekerjaan Umum (PU) menegaskan tidak akan memberikan penyesuaian bagi kontrak konstruksi terkait pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Wakil Menteri PU Hermanto Dardak mengakui kondisi pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika berdampak pada biaya naiknya harga material utama konstruksi, seperti beton yang merupakan agregat dari pasir dan semen. Dua komoditas ini sebagian dipasok dari daerah lokal.
Untuk itu, dia mengungkapkan pihaknya akan memacu percepatan pembangunan infrastruktur agar dapat mendukung sektor konstruksi dan pertumbuhan ekonomi masyarakat.
“Jadi solusi dari kami memang percepatan pembangunan infrastruktur. Kalau infrastrukturnya cepat jadi, konstruksi juga semakin terdukung,” ujar Hermanto Dardak, Minggu (25/8/2013).
Namun, dia menyebutkan material utama konstruksi lainnya seperti aspal dan besi baja yang masih diimpor akan mempengaruhi biaya konstruksi.
“Pengaruh melemahnya rupiah ada, dalam arti ada komponen material dari luar. Nah besi baja ini yang masih banyak impor juga, terutama yang high strength steel," jelas Hermanto.
Kendati begitu, Hermanto mengungkapkan tidak akan ada penyesuaian pada kontrak konstruksi yang sedang berjalan. Dia berharap para penyelenggara proyek konstruksi dapat melakukan optimasi dan efisiensi dalam menghadapi peningkatan biaya tersebut.
“Sampai sekarang kita tidak ada penyesuaian lah. Ini pinter-pinternya yang melaksanakan di lapangan melakukan optimasi dan efisiensi,” jelas Hermanto.