Sektor Agribisnis Kerek Perdagangan
Wakil Menteri Pertanian, Rusman Heriawan mengatakan, surplus neraca perdagangan sektor pertanian
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Wakil Menteri Pertanian, Rusman Heriawan mengatakan, surplus neraca perdagangan sektor pertanian dan agribisnis di tahun ini masih belum bisa diprediksi. Hal ini disebabkan harga komoditas perkebunan masih terpengaruh kondisi ekonomi global.
Menurut Rusman, selama ini komoditas perkebunan telah menyumbang perdagangan yang signifikan bagi pertanian.
Menurut data Kementerian Pertanian sampai September 2012, total nilai surplus neraca perdagangan sektor pertanian mencapai US$ 33,39 miliar.
"Dari jumlah itu, surplus perdagangan pertanian sebagian besar disumbangkan oleh komoditas perkebunan yang mencapai US$ 24 miliar," jelas Rusman kepada sejumlah wartawan di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Jumat, (30/8/2013).
Adapun, negara pengimpor komoditas perkebunan milik Indonesia masih didominasi China, Amerika Serikat, India, dan negara-negara Eropa.
"Adanya krisis di Uni Eropa sempat menyebabkan turunnya ekspor komoditas perkebunan kita di tahun 2012," sambung Rusman.
Rusman juga menegaskan, capaian kinerja ekspor komoditas unggulan perkebunan Indonesia sejak tahun 2009 mengalami kenaikan. Nilai ekspor kelapa sawit meningkat dari US$ 11,72 miliar pada 2009 menjadi US$ 20,78 miliar pada 2012.
Selain itu, karet juga meningkat dari US$ 3,45 miliar pada 2009 menjadi US$ 11,9 miliar di tahun 20012. Kelapa mengalami peningkatan dari US$ 489 juta pada 2009 menjadi US$ 1,2 miliar di tahun 2012.
Ekspor kopi juga naik dari US$ 829 juta menjadi US$ 1,04 miliar. Terakhir, ekspor lada meningkat dari US$ 130 juta menjadi US$ 214 juta. (Adhitya Himawan)